Grid.ID - Bersyukur, satu kata yang terucap setelah melihat Lili.
Lili adalah seorang difabel daksa yang menunjukkan talentanya walaupun tak memiliki kaki dan tangan sejak lahir.
Lili menggeser tubuhnya, dengan gesit ia meletakkan dagunya di atas mouse, digeser ke kanan ke kiri, ia memilih lagu, lalu masih dengan dagunya ia membuka foto yang akan ia gambar.
Lili yang dalam posisi tengkurap segera bergeser ke meja sebelah, mengambil salah satu pensil yang ditata rapi di mejanya itu dengan mulutnya.
Baca Juga: Harus Belajar Menjadi Wanita Berusia 28 Tahun di Film My Sassy Girl, Tiara Andini Justru Nyaman
Lalu ia mulai menggoreskan pensil di atas kertas gambar.
Seperti itulah Lili menunjukkan talentanya dengan menggambar seorang perempuan berjilbab dari foto.
“Menggambar orang sangat sulit, saya baru belajar beberapa tahun terakhir,” demikian kata perempuan 26 tahun bernama Kimberly Aprilia Harefa itu saat menjumpai wartawan secara daring via live streaming GoPlay, Rabu (16/6/2022).
Membuka ceritanya Lili mengatakan bahwa sampai lulus SMP ia sangat minder.
Padahal sebenarnya ia jago menggambar pemandangan alam sejak SD sampai sering juara lomba.
Tapi menerima takdir bukanlah hal yang mudah bagi Lili.
“Ibu saya, Siti Rohima, yang selalu kasih semangat. Saya bisa menggambar jadi itulah talenta saya, harus percaya diri karena kita punya skill yang tidak kalah dengan orang normal."
"Ibu bilang saya punya talenta yang membuat saya bisa bersekolah di mana saja,” kata Lili, yang berasal dari Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo ini.
Setelah selesai SMA di Yayasan Bakti Luhur Surabaya, Lili sukses menempuh kuliah di Universitas Widya Mandala di Surabaya jurusan Psikologi dengan lulus dalam waktu tempuh studi normal.
Lili juga dikenal sangat jago menggunakan bahasa isyarat mulut dan juga mengetik dengan menggunakan stik yang ia gerakkan melalui mulutnya.
Seperti orang normal mengetik cepat dengan jarinya, Lili sanggup sangat cepat menggerakkan stik dengan mulutnya untuk mengetuk-ngetuk keyboard laptop.
Tapi dunia pekerjaan tetap lah bukan dunia yang ramah untuk seorang tuna daksa seperti Lili.
Lili bekerja di sebuah yayasan difabel dengan jumlah siswa yang sangat terbatas, sebuah staf HRD.
Bekerja dari rumah, Lili mendapat pendapatan tak sampai Rp 1 juta sebulan.
Memiliki seorang adik hanya berjarak 1 tahun, Lili ingin sekali seperti adiknya yang sudah bekerja dengan gaji lebih baik dan bisa membantu orang tuanya.
Menimpali paparan Lili, Praktisi Internet dari KEDATA, Anggoro, yang menjadi salah satu penanggap dalam diskusi bersama wartawan itu, mengatakan bahwa internet sebenarnya memungkinkan untuk memberi ruang bagi semua kalangan termasuk penyandang disabilitas.
Baca Juga: Sinopsis Drama Sacred Divorce, Diadaptasi dari Webtoon Ternama dan Dibintangi Cho Seung Woo
Platform seperti Instagram, Youtube, GoPlay, CUiT, TikTok, dan Facebook, memungkinkan para penyandang difabel untuk menunjukkan talentanya.
“Saya kira teknologi musti memberi ruang bagi orang-orang seperti Lili untuk bisa eksis. Di dunia fisik kan mereka sulit untuk mobile, nah di platform medsos semestinya teman-teman .
Difabel bisa lebih leluasa menunjukkan talentanya.
Tapi terkadang medsos isinya penuh sensasi saja, difabel enggak dapat perhatian, inilah pentingnya peran semacam penghubung para difabel untuk audience luas, bisa diajari atau bikin komunitas bersama sehingga kontennya kuat dan bisa dapat perhatian netizen,” papar Anggoro.
Dari pengalaman Lili mencoba aneka platform medsos, menurut Anggoro, platform live streaming seperti ternyata lebih cocok untuk Lili.
Karena di sana tidak dibutuhkan follower atau views yang besar agar Lili terus punya semangat untuk berkarya.
“Penonton di live streaming Lili di GoPlay mungkin cuma 40 tapi mereka langsung berinteraksi, Lili bahkan bisa memutarkan lagu permintaan penontonnya dari laptopnya, bahkan ikut bernyanyi, dan kemudian bercakap, dan menerima semangat tiap kali dia menggerakkan mulutnya,” kata Anggoro.
Di akhir paparannya, Lili membenarkan bahwa live streaming berbeda dengan aplikasi online lain yang dia tidak bisa langsung mendengar respons dari penontonnya.
Lili banyak bertemu teman baru saat live dan bahkan memiliki penggemar setia yang selalu hadir tiap kali dia live di GoPlay.
“Namanya Yonathan siswa SMP dari Tangerang. Yonatan rajin memberi komen dan membalas komen-komen lain yang masuk. Obrolan dengan Yonatan bisa seru, sambil lihat-lihat gambar. Selain Yonatan, ada juga akun Ikadakimas dan Alim dari Yogya,” kata Lili yang memiliki akun GoPlay dengan nama HelloKim.
Dan Lili makin semangat karena ia menerima banyak virtual gift dari penonton dan penggemarnya yang selalu iaa dapatkan tiap live sepekan bisa sampai 3 kali.
“Nilainya besar sekali lebih dari gaji saya. Senang sekali pokoknya mau buat bantu ibu buka warung penyetan. Semoga warung ibu laris saya ingin terus membantu ibu seperti adik saya,” kata Lili.
Ibu Lili, Siti Rohima, ingin membuka warung penyet lele, penyet tempe, di Surabaya yang ramai.
(*)
Hartanya Terkuras saat Nyaleg, Artis Ini Tak Gengsi Banting Stir Jadi Pramusaji: Buat Anak Istri
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |