“Jadi kalian selalu nunggu Bapak lewat lalu memberi hormat?,” tanya Mbak Tutut.
“Betul Bu Tutut. Kami tunggu sampai Bapak pulang, kami hormat lagi pada beliau.”
“Apa tujuan kalian melakukan semua itu?,” tanya Mbak Tutut lagi.
“Kami menghormati Presiden kami Bapak Soeharto, yang selalu memperhatikan dan mencintai rakyatnya. Kami rakyatnya akan selalu mencintai beliau.
Kami sadar tidak akan mungkin bernyanyi untuk beliau, jadi saya dan Obos yang mencari cara agar Bapak Soeharto tahu bahwa kami sangat menghormati beliau, kami putuskan untuk menghormat pada beliau.
Tidak mudah untuk melakukan hal tersebut, karena harus melalui penjagaan yang sangat ketat di jalan tersebut, apalagi kami pengamen.
Begitu mobil bapak Presiden mulai mendekat, kami lari langsung berdiri tegap dan memberi hormat.
Hal ini kami lakukan setiap Bapak Presiden lewat," Arie mewakili kawan-kawannya menjawab.
Singkat cerita, sampailah pada tanggal 23 Agustus, akhirnya keempat pengamen jalanan dapat bertemu dengan Soeharto dan Ibu Tien.
Demikianlah sekelumit kisah tentang pengamen jalanan, dari trotoar menuju rumah Kepala Negara.
"Salah seorang dari mereka, telah mendahului kawan-kawannya meninggalkan dunia, yaitu Obos Gembok.
Kita doakan semoga diampuni dosanya, dimaafkan kesalahannya,
dan diterima seluruh amal perbuatannya. Aamiiin," ucap Mbak Tutut mendoakan mereka.
Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul, Mimpi Aneh Soeharto Sebelum Meninggal, Nonton Gamelan Sinden Orang Sunda, Ditertawakan Mba Tutut
(*)
Bikin Ngakak, Momen Sopir Kebingungan saat Anak Bule Nangis Ditinggal Ibunya di Bus
Source | : | Tribunmanado.co.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |