Selama bekerja di perantauan, Herman banyak mendapatkan ilmu, terutama cara membuat dan berjualan martabak.
"Saya pulang ke Bangka untuk berusaha sendiri, berjualan martabak pakai gerobak sekitar 1995.
Setelah itu jual gorengan pisang molen, tahu, dan tempe. Karena setelah dari Jakarta, ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan diterapkan di Bangka,"katanya.
Herman juga mengaku bertahun-tahun menjual gorengan pisang molen di Pasar Mambo Sungailiat, ia dikenal banyak pelanggan dengan julukan Herman Molen.
"Dulunya kan masih belum ada masih sedikit yang menjual pisang molen. Sehingga saya berdagang itu, sekitar sembilan tahunan lah.
Sampai nama saya top panggilanya Herman Molen, karena berdagang molen," jelas Herman.
Hasil menjual pisang molen dapat membantu keluarganya dan mendapatkan penghasilan untuk kehidupan hari-harinya.
"Sembari saya jualan molen, saya juga kerja sama dengan teman. Ikut jual ikan di Pasar Sungailiat, yang sekarang namanya Pasar Kite, Sungailiat," ujar pria kelahiran Sungailiat 6 Juli 1968 ini.
Ia mengatakan, memilih profesi sebagai pedagang saat itu, diyakini karena jiwa mandirinya, yang ingin mengatur sendiri dari keuangan hingga persoalan lainya.
"Kenapa saya ingin, berdagang, karena saya pikir berdagang itu bisa menjadi bos sendiri, mengatur keuangan sendiri.
Walau dengan jualan menggunakan gerobak. Tetapi gerobak itu milik sendiri dan saya pernah sampai memiliki tiga gerobak. Saat itu jualan dibantu enam orang dari teman dan keluarga saya," katanya.
Anti Hedon, Sederhananya Putra Inul Daratista, Rela Jajan Sehari Cuma Segini Walau Sang Ibu Bergelimang Harta