Goei Kwat Siong selaku pencipta A Piao dengan cerdas mengambarkan kisah kisah tanpa dialog dengan sangat lucu.
Kelucuan ini tentu saja menjadi sebuah teks yang harus mampu ditafsirkan oleh pembacanya.
A Piao sering kali tampil sebagai anak yang polos dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapinya, justru kepolosan ini menjadi daya tarik bagi pembaca Star Weekly.
Kelucuan yang hadir bisa jadi berdasarkan pengalaman Goei Kwat Siong yang pernah menjadi guru, yang bergaul dengan beragam persoalan anak-anak.
Kelucuan itu yang kemungkinan diangkat dalam kisah-kisah A Piao.
Pada tahun 1961 majalah Star Weekly ditutup pemerintah, dan berhentinya Star Weekly menandai berhenti pula kartun Si A Piao di tengah masyarakat.
Goei Kwat Siong tidak berniat mengirim kartun tersebut ke media lain.
Kisah A Piao kemudian menjadi sejarah kartun Indonesia, kartun yang bercerita tentang kepolosan seorang bocah gundul, dan selalu berusaha menjalani kehidupan dengan suasana riang gembira.
Ketika PK Ojong dan Jakob Oetama menerbitkan Majalah Intisari pada tahun 1963, kartun A Piao tidak diajak serta.
Bentara Budaya sebagai lembaga yang berkegiatan di seni budaya mencoba menghadirkan kembali Si A Piao dalam sebuah pameran yang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta.
Pameran ini menyertakan pula lukisan Erica Hestu Wahyuni yang merespon kartun A Piao, seperti kita ketahui Erica merupakan pelukis Yogyakarta dengan gaya naif, lukisan Erica layaknya lukisan anak-anak dengan kisah kisah sehari-hari atau tema tertentu.
Baca Juga: Laboratorium NFT di Bentara Budaya Siap Dorong Seniman Indonesia Mendunia!
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |