Empat seniman pertama yang menampilkan karyanya di panggung studio seni hidup adalah Ugo Untoro, Nyoman Erawan, Made Wiradana, dan Vincent Prijadi.
Studio live art dari seniman terkemuka Indonesia, Ugo Untoro, merepresentasikan gaya khasnya yang energik, mentah, dan edgy yang dipengaruhi oleh budaya jalanan dan seni grafiti dalam menggambarkan emosi universal dan kepedulian masyarakat melalui ekspresi yang meresahkan di kanvasnya.
Selain itu juga ada Nyoman Erawan di atas panggung yang telah mengekspresikan kreativitasnya dalam seni rupa selama lebih dari empat dekade dengan pengaruh Bali yang kaya menonjolkan nilai-nilai artistik yang rusak dari sisa-sisa pola bakaran dalam prosesi Ngaben atau Ngaben Bali melalui lukisan, patung, instalasi seninya.
Baca Juga: Arya Saloka Kepergok Dipanggil Duda oleh Sosok ini, Nasib Putri Anne Sebagai Istri Disorot
Di studio Made Wiradana, Gayanya yang jenaka namun kontemporer tergambar melalui guratan-guratan pada lukisannya yang memancarkan keyakinannya bahwa masa lalu tidak akan pernah bisa hilang dari kesadaran manusia.
Melengkapi barisan yang luar biasa adalah seniman baru berbakat dari Surabaya – Jawa Timur, Vincent Prijadi Purwono yang memanfaatkan lukisan sebagai media untuk mengekspresikan emosinya dan mengomunikasikan perspektifnya yang unik melalui karya seni yang rumit dan bersemangat yang menawarkan sekilas fokus dan kognitifnya yang luar biasa.
Bulan berikutnya, Dicky Takndare, Dedy Sufriadi, Npaaw, dan Ida Bagus Indra mengambil alih panggung 'Indonesia: The Land of Art'.
Berasal dari Papua, karya seni Dicky Takndare yang berani menggambarkan dinamika sosial budaya dan elemen budaya lokal untuk mengadvokasi peningkatan kemanusiaan Papua melalui keterlibatan masyarakat yang kuat.
Baca Juga: Ngakak! Ayu Ting Ting Tiba-tiba Kebelet BAB Saat Ikut Lomba 17 Agustus
Sementara itu, studio Dedy Sufriadi menghadirkan karya-karya kontekstual konseptual dengan gaya artistik khas yang memadukan unsur tekstual dan simbolik ke dalam ekspresi abstrak yang rumit yang mengingatkan kita pada warisan sastra Indonesia.
Tahap selanjutnya menunjukkan gaya surealis NPAAW yang gemar menggunakan hewan dan tumbuhan sebagai idiom untuk mencerminkan opini, pengalaman, dan parodi atas berbagai isu - terutama melalui simbolisasinya yang dikenal manusia.
Perjalanan dilanjutkan oleh Ida Bagus Indra, atau yang dikenal dengan IBI, menampilkan karya-karyanya yang menangkap budaya Bali dengan latar belakang minimalis, latar depan yang hidup, dan tekstur yang rumit, menawarkan wawasan mendalam tentang interaksi iman dan keindahan.
Sulit Ceraikan Erin Taulany? Permohonan Talak Andre Taulany Sampai Ditolak 2 Kali oleh Hakim, Ini Penyebabnya: Tidak Terbukti
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |