Keadaan ini dimanfaatkan para dewa untuk mengambil kembali tirta amerta sehingga para naga tidak dapat meminumnya.
Para founding father bangsa Indonesia melihat adanya kemiripan alur cerita sejarah bangsa Indonesia dengan perjuangan Sang Garuda.
Indonesia baru saja melepaskan diri dari penjajahan bangsa asing dan masih berhadapan dengan cengkeraman neokolonialisme dan imperialisme.
Sedangkan Garuda sebagai simbol pembebas ibundanya dari perbudakan para naga.
Relief-relief candi yang menceritakan kisah Garudeya ini mengilhami para pendiri bangsa untuk menjadikannya sebagai lambang negara.
Menurut Putu Sutawijaya dan Kriss Budiman, kisah Garudeya biasa ditaruh dalam dua konteks.
Pertama, dalam konteks kehidupan keluarga, Sang Garuda merepresentasikan sebuah keutamaan yaitu nilai bakti kepada ibu.
Kedua, dalam konteks kehidupan bangsa, ia merupakan alegori pembebasan dari penindasan dan pemerdekaan tanah air dari belenggu kolonial.
Putu Sutawijaya meneruskan “Lelampah”, atau perjalanan tafsiriah, melalui sapuan-sapuan visual atas sapaan-sapaan naratif Garudeya.
Bagaimana kita menjalankan dan menjalani kehidupan berbangsa, perjalanan ke-bangsa-an (nation-ness) esok, dilandasi oleh narasi-narasi yang kita bangun bersama kemarin dan hari ini.
Hasil dari laku lelampah Putu Sutawijaya ini melahirkan karya-karya yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta pada pertengahan bulan September.
Baca Juga: Pameran Keramik Black Symtoms #2: Aksi Reaksi ole Citrus Studio
Dari pameran ini tentunya seniman dan pihak-pihak terkait berharap agar dapat membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia di era global ini.
Maka dari itu, Bentara Budaya Jakarta mengundang semua #SahabatBentara untuk datang dan menikmati pameran seni ini.
Selain sebagai ruang rekreasi, pameran ini menyajikan wawasan yang sudah seharusnya diketahui oleh semua kalangan.
Sudah semestinya kita sebagai generasi muda terus bangkit dengan semangat nasionalisme untuk mempertahankan kemerdekaan.
Salah satu jalannya dengan mengetahui jati diri atau identitas kita sebagai warga negara Indonesia. Dan hal itu bisa dilakukan dengan memahami jejak histori bangsa ini.
Pameran akan dibuka pada: Kamis, 14 September 2023, pukul 19.00 WIB di Bentara Budaya Jakarta Jalan Palmerah Selatan no.17 Jakarta Pusat, 10270
Pameran berlangsung pada 15-29 September 2023 (pameran TUTUP pada tanggal 28 September 2023), pukul 10.00 - 18.00 WIB
Selain pameran akan digelar pula Artist’s Talk yang akan diselenggarakan pada Sabtu, 16 September 2023 pukul 15.00 WIB – selesai. (*)
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |