Lokasi perayaan cetak ulang ke-50 ini bersejarah bagi penulis buku ini, Henry Manampiring.
Pada 2018, dalam proses menulis Filosofi Teras, Henry belajar tentang Stoisisme di Salihara. Pada waktu itu, salah satu pengampu kelas stoisisme tersebut adalah A. Setyo Wibowo, yang juga menjadi pembicara dalam Pesta Filo50fi Teras, selain jurnalis senior Qaris Tajudin.
“Waktu awal saya berdiskusi dengan Penerbit Buku Kompas tentang lokasi bincang buku ini, kami memilih Salihara. Dan kebetulan nama ruangannya juga Serambi Salihara. Membahas Filosofi Teras di teras, pas banget,” kata Henry Manampiring.
Baca Juga: Menjelajahi Misi Mencari Sang Makanan Harapan bersama Penulis Buku Mental Tempe
Relevan dengan anak muda
Sebagai buku, Filosofi Teras menarik karena mengemas paham filsafat yang umumnya dianggap berat dalam bahasa tutur sehari-hari yang ringan dan populer.
Topik-topiknya pun relevan dengan permasalahan anak muda dan banyak orang saat ini, terkait kesehatan mental.
Belakangan, kesadaran tentang isu kesehatan mental menguat, sehingga orang lebih banyak mencari tahu bagaimana cara mengatasi masalah ini, termasuk lewat gagasan yang ditawarkan stoisisme.
“Saya pernah mengalami depresi, lalu saya belajar stoisisme. Bagi saya, stoisisme sangat membantu melewati masa krisis tersebut. Lalu saya berpikir, kalau saya bisa terbantu, mungkin orang lain juga. Oleh karena itu saya terpikir untuk menuliskannya. Apalagi, saya belum melihat ada buku Indonesia yang membahas Stoisisme. Saya juga berusaha mengemasnya supaya mudah dimengerti,” ujar Henry.
Tak mengherankan, Filosofi Teras mampu menarik minat pembaca-pembaca muda. Segmen pembaca ini tampak pula pada Pesta Filo50fi Teras.
Hampir 90 persen peserta diskusi berada pada rentang usia 15-35 tahun. Pada sesi diskusi, banyak dari anak muda ini yang berbagi cerita tentang permasalahan kesehatan mental yang mereka geluti atau temui.
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Irene Cynthia |