Stoisisme menawarkan sejumlah sudut pandang untuk melatih nalar dan membantu menghadapi persoalan mental atau yang berkaitan dengan emosi.
Salah satunya, prinsip dikotomi kendali, bagaimana bisa mengenali hal-hal yang ada di bawah kendali kita dan di luar kendali kita. Ada pula prinsip STAR (stop, think & assess, respond) yang bisa diterapkan sebelum merespons sesuatu.
“Tips-tips praktis stoisisme bisa membantu kita menjadi manusia yang rasional,” tambah Setyo Wibowo.
Baca Juga: Banyak Artis Mendadak Nyaleg di 2024, Didi Riyadi: Jangan Dipandang Latah Lah!
Stoisisme dan tahun politik
Memasuki tahun politik jelang Pemilu 2024, prinsip-prinsip Stoisisme juga dapat membantu kita sebagai pemilih atau peserta pesta demokrasi dalam bersikap.
Tahun politik bisa jadi membuat orang mudah terprovokasi, atau pada ekstrem lainnya, apatis.
Dalam hal ini, panduan perilaku empat keutamaan yang dipraktikkan kaum Stoa bisa amat berguna. Empat prinsip keutamaan ini adalah kebijaksanaan pertimbangan, keberanian, menahan diri atau ugahari, dan berperilaku adil.
“Pemilih yang bijaksana melihat track record, memilih dengan lebih rasional. Kemudian berani, manifestasinya misalnya percaya pada demokrasi. Kontrol diri bisa banyak praktiknya, termasuk bagaimana merespons media sosial atau grup WA. Terakhir adil, termasuk adil pada calon presiden yang tidak kita sukai,” terang Henry.
Terkait memilih calon pemimpin, Setyo Wibowo dan Qaris Tajudin bersepakat bahwa mungkin kita tidak harus, atau bahkan tidak bisa, memilih calon yang ideal atau tanpa cela. Namun, kita bisa memilih yang keburukannya paling sedikit.
“Yang kita bela bukan orang-orangnya, tapi proses demokrasinya,” pungkas Qaris.
(*)
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Irene Cynthia |