Grid.id - Pada Juli 2023, Filosofi Teras memasuki cetakan ke-50. Penjualan buku ini sudah mencapai lebih dari 300 ribu eksemplar, menjadikannya buku pengembangan diri lokal terlaris di Indonesia.
Merayakan cetak ulang ke-50, Pesta Filo50fi Teras bertajuk “Stoa untuk Indonesia yang Lebih Rasional” digelar pada 17 September 2023 di Salihara, tempat Henry Manampiring belajar Stoisisme.
Cetakan ke-50 Filosofi Teras memuat bab tambahan “Stoisisme dan Tahun Politik”, yang memberi pembacanya perspektif bagaimana menjalani periode “panas” politik dalam kerangka berpikir ala Stoa.
Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring menorehkan prestasi membanggakan dalam dunia perbukuan.
Hingga Agustus 2023, buku ini telah terjual lebih dari 300 ribu eksemplar, menjadikannya buku pengembangan diri dari penulis lokal terlaris di Indonesia.
Filosofi Teras merupakan buku yang mengemas mazhab filsafat Stoisisme dengan cara populer.
Stoisisme adalah aliran filsafat Yunani-Romawi kuno berusia lebih dari 2.000 tahun yang mengajarkan untuk hidup dengan emosi yang terkendali, berkesadaran tentang hal-hal yang ada di dalam dan di luar kontrol kita, serta hidup dengan kebajikan.
“Teras” pada istilah “filosofi teras” adalah terjemahan langsung dari kata stoa, bahasa Yunani yang berarti teras berpilar–tempat Zeno, salah satu tokoh stoisisme, kerap mengajarkan filosofi ini.
Buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas pertama kali pada 2018 ini disambut baik oleh publik, bahkan memenangi penghargaan Book of The Year pada Indonesia International Book Fair 2019. P
ada pertengahan 2023, buku ini dicetak ulang untuk ke-50 kalinya. Dengan penjualan total lebih dari 300.000 eksemplar (data Kompas Gramedia, Agustus 2023), Filosofi Teras juga menjadi buku pengembangan diri lokal nomor satu di Indonesia.
Edisi cetakan ke-50 tampil beda dengan edisi-edisi sebelumnya. Selain berganti desain sampul, edisi ini juga memuat bab tambahan “Stoisisme dan Tahun Politik” yang relevan dengan momentum politik saat ini.
Edisi ini juga dicetak hard cover, yang hanya akan ada pada cetakan terbatas ini. Pada cetakan berikutnya, buku ini akan kembali tampil dengan soft cover.
Merayakan cetak ulang ke-50 Filosofi Teras, Penerbit Buku Kompas menggelar Pesta Filo50fi Teras bertajuk “Stoa untuk Indonesia yang Lebih Rasional” di Ruang Serambi Salihara, Salihara Arts Center, pada Minggu, 17 September 2023.
Lokasi perayaan cetak ulang ke-50 ini bersejarah bagi penulis buku ini, Henry Manampiring.
Pada 2018, dalam proses menulis Filosofi Teras, Henry belajar tentang Stoisisme di Salihara. Pada waktu itu, salah satu pengampu kelas stoisisme tersebut adalah A. Setyo Wibowo, yang juga menjadi pembicara dalam Pesta Filo50fi Teras, selain jurnalis senior Qaris Tajudin.
“Waktu awal saya berdiskusi dengan Penerbit Buku Kompas tentang lokasi bincang buku ini, kami memilih Salihara. Dan kebetulan nama ruangannya juga Serambi Salihara. Membahas Filosofi Teras di teras, pas banget,” kata Henry Manampiring.
Baca Juga: Menjelajahi Misi Mencari Sang Makanan Harapan bersama Penulis Buku Mental Tempe
Relevan dengan anak muda
Sebagai buku, Filosofi Teras menarik karena mengemas paham filsafat yang umumnya dianggap berat dalam bahasa tutur sehari-hari yang ringan dan populer.
Topik-topiknya pun relevan dengan permasalahan anak muda dan banyak orang saat ini, terkait kesehatan mental.
Belakangan, kesadaran tentang isu kesehatan mental menguat, sehingga orang lebih banyak mencari tahu bagaimana cara mengatasi masalah ini, termasuk lewat gagasan yang ditawarkan stoisisme.
“Saya pernah mengalami depresi, lalu saya belajar stoisisme. Bagi saya, stoisisme sangat membantu melewati masa krisis tersebut. Lalu saya berpikir, kalau saya bisa terbantu, mungkin orang lain juga. Oleh karena itu saya terpikir untuk menuliskannya. Apalagi, saya belum melihat ada buku Indonesia yang membahas Stoisisme. Saya juga berusaha mengemasnya supaya mudah dimengerti,” ujar Henry.
Tak mengherankan, Filosofi Teras mampu menarik minat pembaca-pembaca muda. Segmen pembaca ini tampak pula pada Pesta Filo50fi Teras.
Hampir 90 persen peserta diskusi berada pada rentang usia 15-35 tahun. Pada sesi diskusi, banyak dari anak muda ini yang berbagi cerita tentang permasalahan kesehatan mental yang mereka geluti atau temui.
Stoisisme menawarkan sejumlah sudut pandang untuk melatih nalar dan membantu menghadapi persoalan mental atau yang berkaitan dengan emosi.
Salah satunya, prinsip dikotomi kendali, bagaimana bisa mengenali hal-hal yang ada di bawah kendali kita dan di luar kendali kita. Ada pula prinsip STAR (stop, think & assess, respond) yang bisa diterapkan sebelum merespons sesuatu.
“Tips-tips praktis stoisisme bisa membantu kita menjadi manusia yang rasional,” tambah Setyo Wibowo.
Baca Juga: Banyak Artis Mendadak Nyaleg di 2024, Didi Riyadi: Jangan Dipandang Latah Lah!
Stoisisme dan tahun politik
Memasuki tahun politik jelang Pemilu 2024, prinsip-prinsip Stoisisme juga dapat membantu kita sebagai pemilih atau peserta pesta demokrasi dalam bersikap.
Tahun politik bisa jadi membuat orang mudah terprovokasi, atau pada ekstrem lainnya, apatis.
Dalam hal ini, panduan perilaku empat keutamaan yang dipraktikkan kaum Stoa bisa amat berguna. Empat prinsip keutamaan ini adalah kebijaksanaan pertimbangan, keberanian, menahan diri atau ugahari, dan berperilaku adil.
“Pemilih yang bijaksana melihat track record, memilih dengan lebih rasional. Kemudian berani, manifestasinya misalnya percaya pada demokrasi. Kontrol diri bisa banyak praktiknya, termasuk bagaimana merespons media sosial atau grup WA. Terakhir adil, termasuk adil pada calon presiden yang tidak kita sukai,” terang Henry.
Terkait memilih calon pemimpin, Setyo Wibowo dan Qaris Tajudin bersepakat bahwa mungkin kita tidak harus, atau bahkan tidak bisa, memilih calon yang ideal atau tanpa cela. Namun, kita bisa memilih yang keburukannya paling sedikit.
“Yang kita bela bukan orang-orangnya, tapi proses demokrasinya,” pungkas Qaris.
(*)
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Irene Cynthia |