Skor itu menempatkan nilai indeks demokrasi Indonesia berada di peringkat 52 dunia.
Lalu, pada 2022, skornya masih sama. Namun, peringkat Indonesia turun menjadi ke-54 di dunia.
“Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh para pemuda. Mari kita menjaga warisan perjuangan para pahlawan untuk bersama membangun Tanah Air, bersama memajukan Indonesia dengan melakukan hal-hal positif dan dapat menginspirasi orang lain di sekitar,” kata Agus.
Baca Juga: Cegah Perpecahan pada Pemilu 2024, Menkominfo Ajak Masyarakat Jaga Ruang Digital
Generasi muda memiliki ruang terbuka untuk bersuara
Meski menanggung “beban” untuk mempertahankan kehidupan demokratis Indonesia, generasi muda sekarang dinilai beruntung. Sebab, mereka hidup di era teknologi digital, sehingga memiliki ruang yang luas untuk bersuara, terutama di media sosial.
Hal itu diungkapkan oleh Dosen dan peneliti demokrasi Indonesia, Anastacia Patricia Novlina N. Menurutnya, tidak seperti zaman dahulu, generasi muda sekarang dapat memanfaatkan media sosial untuk menyalurkan kritik dan aspirasi.
“Namun, kesempatan tersebut sering kali disalahgunakan dengan menyampaikan hal-hal yang menyimpang. Dalam (kehidupan) demokrasi, harus beriringan antara kritik, pujian, dan masukan”, jelas Anastacia.
Menurut Ananstacia, praktik kehidupan demokrasi harus mengutamakan rasa saling menghargai pendapat dan pilihan orang lain. Hal ini tidak hanya berlaku pada saat Pemilu 2024 saja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Kemenkominfo Ajak Anak Muda Papua dan Malang Tingkatkan Persatuan
“Hargai setiap pilihan orang lain. Negara menjamin (dan memperbolehkan adanya) perbedaan,” ujar Ananstacia.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |