Pemeriksaan ketika seorang pasien menderita gagal jantung dapat meliputi:
• Pemeriksaaan fisik untuk menilai keluhan dan tanda-tanda khas
• Pemeriksaan rekam jantung (EKG) untuk dugaan adanya kelainan jantung
• Pemeriksaan ekokardiografi jantung (ECHO) untuk menilai struktur dan fungsi jantung
• Pemeriksaan laboratorium darah, untuk penunjang diagnosis (NTproBNP) maupun untuk menilai berbagai kelainan penyerta yang berkaitan (misal fungsi ginjal, diabetes melitus, anemia, fungsi tiroid, kadar zat besi, dll)
• Pemeriksaan pencitraan lanjut berupa MRI jantung/pencitraan nuklir/ CT Scan jantung, untuk konfirmasi diagnosis maupun menentukan penyebab pasti dari gagal jantung.
Sedangkan terapi untuk kondisi gagal jantung biasanya meliputi:
• Perubahan gaya hidup, misalnya diet rendah garam dan pembatasan asupan cairan baik dari minum maupun makanan, upaya menurunkan berat badan, meningkatkan kapasitas latihan dan olahraga
Baca Juga: Ini Kiprah Sang Legenda Dangdut Jhonny Iskandar Sebelum Tutup Usia
• Self-consciousness: identifikasi dan mengobati penyebab yang mendasar.
Misalnya, apabila terdapat penyakit jantung koroner yang berat maka dilakukan intervensi pemasangan stent atau bahkan operasi bedah sepintas jantung (bypass)
• Mengoptimalkan obat-obatan: kombinasi berbagai obat-obatan khusus gagal jantung yang perlu diminum rutin dalam jangka panjang.
• Apabila gagal jantung sudah dalam stadium lanjut, maka memerlukan prosedur khusus, misalnya pemasangan pacu jantung khusus untuk sinkronisasi otot jantung (CRT), penjepitan katup mitral yang bocor melalui kateterisasi jantung (klip katup mitral), implantasi mesin pompa jantung buatan (LVAD) secara prosedur bedah jantung, hingga transplantasi jantung.
Angka Kematian Akibat Gagal Jantung di Indonesia Tinggi
dr. Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA, FAPSC, FESC, FHFA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan subspesialis di gagal jantung lanjut, sekaligus Koordinator Heart Failure Clinic (Klinik Gagal Jantung) di RS Siloam Kebon Jeruk yang akrab disapa dengan dr. Paskah, memberikan gambaran mengenai kondisi pasien yang mengalami gagal jantung.
Menurutnya, usia rata-rata pasien gagal jantung di Indonesia adalah di awal 60 tahun.
“Berdasarkan jurnal kesehatan, di Asia Pasifik negara Indonesia memiliki angka kematian paling tinggi. Dalam 1 tahun tercatat sebesar 35%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara maju di Asia (contohnya Jepang dan Korea) dengan angka kematian pasien gagal jantung sebesar 15%,” ujar dr. Paskah.
Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa bahwa angka kematian nasional pada pasien gagal jantung selama perawatan di rumah sakit tercatat 4-6%, sedangkan di RS Siloam Lippo Village Tangerang dan Kebon Jeruk hanya sekitar 2%.
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |