Makin ke dalam air sungai yang semula berwarna coklat keruh berganti berwarna coklat kehitaman jernih karena tanin atau larutnya akar-akaran dan gambut. Lebar sungai pun juga tidak merata kadang melebar tapi kadang menyempit hanya selebar badan perahu saja.
Di kanan kiri sungai dipenuhi oleh tanaman air yang lalu lalang kadang menghalangi jalannya perahu. Karena itu ketika melintas harus waspada bukan akar yang lunak saja tapi kadang batang rotan berduri tajam menjulur menghalangi dan jika kesenggol bisa melukai kulit.
Karena itu sambil perahu melaju, Mas Jeki di depan dengan parang terhunus menebas jika ada kayu atau batang tanaman yang merintangi.
Dan Jeki langsung menghentikan perahunya jika ada obyek foto bagus, entah burung atau satwa lainnya.
Sambil menikmati suasana hutan yang begitu eksotis saya langsung teringat dengan adegan film petualangan Anaconda 2 yang berjudul The Hunt of Blood Orchid yang dirilis tahun 2004. Karena film besutan sutradara Dwilight H. Little kebetulan syutingnya mengambil tempat di Taman Nasional Sebangau, yang tidak jauh dari saya berada.
Film petualangan yang dibalut dengan kisah horor yang dibintangi oleh Johnny Mesner, KaDdee Strickland dan Eugene Byrd, berkisah tentang sekelompok ilmuwan yang menjelajah hutan Kalimantan untuk mencari anggrek darah untuk kepentingan riset ilmu pengetahuan.
Namun, saat melakukan pencarian bunga anggrek misterius para kelompok ilmuwan yang melintas sungai tersebut bertemu dengan anaconda atau seekor ular raksasa yang sangat ganas. Meski film tersebut adalah fiksi, karena di Kalimantan tidak ada ular anaconda tetapi tetap saja menarik dan mendebarkan.
MEMOTRET GEROMBOLAN BEKANTAN MELINTAS
Ketika asyik menikmati suasana yang teduh karena sedikit mendung tiba-tiba Jeki spontan menghentikan laju perahu dan menunjukkan rombongan bekantan diatas pohon besar yang ada sebelah kanan badan perahu. Ada sekitar 20-an ekor primata dengan bulu berwarna coklat keemasan melintas bergantian di satu dahan besar. Pemandangan langka itu hanya berjarak sekitar 50 meter dari perahu.
Cukup lama iring-iringan bekantan dewasa dan anak-anak tersebut bergantian lewat sebelum menghilang masuk ke rerimbunan hutan. Dan alhamdulillah pemandangan menarik itu sudah saya rekam melalui kamera yang sudah saya siapkan. “Bukan hanya bekantan kadang ada orang-utan nampak di atas sana,” jelas Jeki sang pemandu wisatawan tersebut.
Tetapi kami agak susah membidik dengan posisi fokus yang maksimal karena perahu yang kami tumpangi tidak cukup tenang alias terus bergoyang-goyang. Dari sekian puluh jepretan hanya beberapa saja yang cukup bagus.
Kecelakaan Beruntun di Kota Batu, Siswa Ungkap Suasana Mencekam di Dalam Bus Rem Blong, Banyak yang Pingsan?