Ebisuya, warga yang bekerja menjadi penarik becak di hutan bambu, mengunggah keresahaanya di akun Facebook.
"Tidak ada pilihan selain menebang pohon bambu yang rusak dan jumlah pohon akan berkurang terus. Dengan cara ini, situs pariwisata yang indah akan hilang," ujar Ebisuya.
"Para pengunjung ini mungkin telah mengukir nama mereka untuk memperingati perjalanan mereka, tetapi kami tidak dapat menerima perilaku seperti itu," ujar salah satu pejabat pemerintah Kyoto yang dikutip dari straitstimes.com.
Beberapa media Jepang telah menjuluki fenomena seperti 'kanko kogai', atau polusi pariwisata.
Kota-kota dengan infrastruktur yang tidak memadai dikuasai oleh wisatawan dan tidak semuanya menghormati budaya dan norma lokal.
Baca juga : Menyusuri Jalur Rail Trail Central Otago, Jalur Favorit Bersepeda di Selandia Baru