Bahkan mereka tak menghiraukan risiko akan bertemu dengan ular di tengah perjalanan.
Dokter Amalia juga menyebutkan bagaimana warga sekitar harus berjuang demi mendapatkan pengobatan layak.
(BACA JUGA: 6 Idol K-Pop Pria Ini Putus Sekolah Demi Mengejar Mimpi)
Warga desa biasanya lebih memilih berobat ke Papua Nugini dengan berjalan kaki.
Padahal tidak ada akses jalan yang memadai.
Jalanan di 5 kampung pada distrik yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini ini belum diaspal.
"Banyak masyarakat sakit yg dibopong keluarganya sendiri, namun mereka tidak punya alat untuk merekam kepedihan yg mereka rasakan selama puluhan tahun," terang dokter Amalia.
(BACA JUGA: Ternyata Cara Jokowi Habiskan Waktu dengan Sang Cucu, Jan Ethes Punya Segudang Manfaat loh, Apa Aja ya?)
Saat ini, puskesmas tempat Amalia bertugas hanya memiliki 3 staf, yakni kepala puskesmas, bidan, dan perawat.
“Tapi (mereka) jarang di tempat, karena kami (Tim Nusantara Sehat) stay di tempat,” ujar dia pada Kompas.com.
Ia mengungkapkan, masyarakat di pedalaman tidak memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dunia luar karena terbatasnya piranti dan jaringan komunikasi yang memadai.
“Untuk jaringan, tergantung cuaca.
Kalau hujan ada petir, hilang sinyal, kami naik-naik pohon buat cari sinyal,” kata Amalia.
(BACA JUGA: Tak Sengaja Pecahkan Jerawat Kecil di Lubang Hidung, Wanita Ini Alami Nasib Malang)
Tak hanya akses jalan, keterbatasan air dan listrik juga jadi masalah tersendiri di Distrik Ninati.
Amalia menambahkan, ketersediaan listrik di Ninati yang disuplai dari tenaga solar juga tidak dapat dipastikan waktunya.
Untuk hidup sehari-hari, mereka mengandalkan hasil bertanam dan mencari ikan di sungai.
Selain itu, mereka juga menerima dana bantuan dari pemerintah setiap 3 bulan sekali.
(*)
Source | : | Facebook,kompas |
Penulis | : | Nindya Galuh Aprillia |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |