Westerling menjadi target utama TNI karena berbagai aksi biadab tanpa perikemanusiaannya.
"Intelijen kami mengidentifikasi mobil-mobil itu masing-masing berplat nomor wilayah Bandung dan Jakarta: D 1067, D 1373, B 16107" ujar Kolonel (purn) Mochamad Rivai yang ikut memburu Westerling.
Saat di Jakarta Westerling juga berpindah-pindah tempat untuk menghindari penciuman Intelijen Indonesia.
Bahkan disana ia sempat bertemu dengan pentolan APRA, Sultan Hamid II.
"Mereka (Westerling dan Hamid) pernah bertemu di suatu tempat yang letaknya sekarang ada di sekitar Jalan Veteran, Jakarta Pusat,” ujar mantan jurnalis yang pernah secara langsung mewawancarai Westerling di Belanda tahun 1970an.
TNI kian getol memburu Westerling saat mereka tahu ia ada di Jakarta.
Hasilnya salah satu pendukung kuat Westerling, Letkol Rappard tewas setelah di berondong peluru oleh tentara Indonesia dalam suatu penyergapan.
BACA : Mengenal Strombolian, Jenis Letusan Pada Erupsi Gunung Agung di Bali
Sadar nyawanya sangat terancam, Westerling berniat untuk keluar Indonesia secepatnya.
Beberapa pejabat tinggi militer dan sipil Belanda kemudian membantu agar Westerling jangan sampai tertangkap atau mati di tangan tentara Republik, mereka menyusun rencana melarikan Westerling keluar negeri.
Intelijen TNI tak tinggal diam, mereka berhasil mencium gelagat melarikan Westerling.
Maka dibentuklah sebuah tim pemburu untuk mengeliminasi Westerling yang dipimpin oleh Mayor Brenthel Soesilo.
Source | : | Rivai : Tanpa Pamrih, Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1,un.org,icc-cpi.int |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |