Perilaku ini juga disebut dengan hukuman pihak ketiga yang mencerminkan perilaku pengikut.
Raihani menyebut hal ini seperti mengikuti orang melompat dari tebing. "Anda tidak mengharapkan perilaku semacam itu bertahan dalam generasi yang sangat panjang," ujarnya.
Sayangnya, ini adalah ciri khas kemanusiaan.
Sistem peradilan kita dibangun di sekitar para juri, yang merupakan para pelaku kejatahan pihak ketiga.
Raihani menegaskan, tiak ada spesies lain di Bumi yang senang menghukum orang asing seperti manusia.
Kita bahkan lebih cenderung merasa marah atas nama orang lain. Ini ditunjukkan dalam studi pencitraan-neuro.
BACA JUGA: Khawatir pada Keselamatan Anaknya, Ibunda Bowo Alpenliebe Rela Berhenti Bekerja
Hasilnya menunjukkan bahwa menghukum orang lain mengaktifkan jalur penghargaan otak.
Artinya, terasa menyenangkan ketika kita menempatkan orang lain di posisi yang salah.
Brian Resnick, reporter sains Vox menyebut internet punya cara mengambil naluri yang diturunkan evolusi manusia dan menempatkannya dalam "hyperdrive".
Resnick menyebut twitter seperti kotak Skinner dalam kesenangan orang-orang mempermalukan publik.
Ketika Bowo menjadi viral, ini adalah kesempatan yang mudah bagi ribuan orang untuk mendapatkan nilai moral yang tinggi.(*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |