Tentu vonis itu membuat dirinya syok. Tapi lagi-lagi ia sama sekali tak menceritakan kepada anak maupun suaminya.
“Yang membuat saya bisa bertahan dan selalu semangat, saya punya prinsip melihat semua persoalan hidup ini secara positif. Jadi meski saya divonis mengidap kanker, tapi saya tidak hanyut dalam kesedihan,” imbuh wanita bertutur kata lembut tersebut.
Puncaknya karena tak kuasa menahan sakit ditambah fisiknya drop, suatu pagi buta sebelum keluarganya bangun tidur dia berangkat sendirian hanya diantar sopir ke UGD.
“Bahkan pengalaman ke UGD itu sampai dua kali,” imbuh pengusaha sukses yang merintis usaha dari nol itu.
Begitu melihat ibunya sering mengalami sakit oleh anak-anaknya dia dibawa ke Singapura untuk dilakukan general check up.
Yang membuat ia terkejut sekaligus bahagia, dari hasil rekam kesehatan tersebut diketahui penyebab sakit akibat terjadi kerusakan di tulang leher, bukan dari tumor atau kanker.
“Begitu dinyatakan tidak ada tumor atau kanker, saya baru bisa tertawa lebar. Disana anak-anak baru saya beri tahu bahwa selama ini saya sengaja menutup diri dan tidak menceritakan sakit saya yang sejujurnya,” katanya sambil tertawa geli.
Ketika sudah diketahui penyebab ia segera kembali ke rumah untuk berembug dengan keluarganya mencari dokter yang tepat untuk kesembuhan sakitnya.
Tak lama sepulang dari Singapura dia mendapat informasi dari temannya, seorang perawat, bahwa di Surabaya ada seorang dokter bedah saraf yang ahli menangani sakit seperti yang dia alami.
“Begitu saya mendapat informasi, tak menunggu berlama-lama, saya diantar suami menemui dr. Sofyan, yang dimaksud perawat di rumah sakit,” katanya penuh semangat.
Di ruang praktek, dokter Sofyan menjelaskan penyebab nyeri hebat yang sudah menahun itu akibat ada dua ruas tulang batang lehernya mengalami kerusakan.
Kerusakan tulang itu kemudian mendesak saraf-saraf penting yang ada di sekitarnya.
Tekanan itu menjadi pemicu mengapa bagian tubuhnya menjadi sakit yang makin hari makin hebat.
Mengingat kerusakan itu cukup parah, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan hanyalah dengan jalan operasi.
Foto: Gandhi
Siti mengakui penjelasan dokter yang sangat gamblang itu sudah cukup baginya untuk segera mengambil keputusan dirinya harus segera operasi.
“Tidak pakai pikir-pikir lagi, saya sreg! Sangat yakin, dan langsung minta segera dilakukan operasi biar penderitaan panjang saya segera berakhir,” tuturnya menceritakan operasi yang berjalan tahun lalu.
“Alhamdulillah!” kata Siti Roniah Mindar, setelah operasi yang berjalan sekitar tiga jam lamanya itu semua sakit ia rasakan selama ini langsung hilang.
"Tidak ada sesuatu yang lebih indah yang bisa saya lakukan saat ini kecuali hanya bersyukur kepada Allah,” katanya dengan senyum mengembang.
Dokter M. Sofyanto, SpBS, dari Comprehensif Brine and Spine Centre (CBSC) Surabaya, menjelaskan bahwa sakit yang diderita Siti Roniah Mindar disebut dengan spondylosis cervical (SC) atau istilah awamnya kecetit leher.
Sofyan menguraikan, struktur tulang leher manusia terdiri dari tujuh ruas. Di antara satu ruas dengan lainnya ada bantalan yang disebut discus.
Discus sendiri fungsi utamanya agar leher bisa bergerak secara leluasa, menengok kekanan kiri, mendongak dengan smoth dan sebagainya.