Grid.ID - Rusia, sebelumnya bernama Uni Soviet, selalu memiliki kekuatan militer yang besar dan disebut sebagai pesaing utama Amerika.
Mereka punya nuklir dan kekuatan militer yang besar selama berdekade-dekade. Tapi, kini mereka telah dilampaui.
Memang, Rusia masih kuat dalam hal perang siber, kekuatan militer konvensional yang jempolan, senjata nuklir paling berbahaya di dunia, dan lain sebagainya.
Tapi hari ini, tidak ada yang berbicara tentang Rusia jika menyinggung soal negara mana yang menjadi ancaman utama Amerika Serikat.
Lalu siapa dong? Benar sekali, China!
(Baca Juga: Tukang Sampah di Inggris Menangkan Lotre Senilai Rp 223 Miliar!)
Di bawah Presiden Donald Trump, AS memperkenalkan Strategi Keamanan Nasional baru.
Di dalamnya mencantumkan China dan Rusia sebagai ancaman strategis utamanya, daripada terorisme dan perubahan iklim. China di urutan pertama, disususl kemudian Rusia.
Faktor kemunduran itu bernama stagnasi
Ancaman Rusia memang tak bisa diragukan lagi. NATO ada, salah satu tujuannya untuk melawan Rusia.
Selain aneksasi ilegal terhadap Krimea pada 2014 lalu, perilaku agresifnya terhadap negara-negara tetangganya tidak pernah berubah dari dulu.
Tak hanya itu, senjata nuklir generasi terbarunya disebut bisa menghindari dan mengelabui semua pertahana rudal AS yang ada saat ini—tapi itu adalah berita lama.
Soal inovasi terbarunya, Rusia memperkenalkan Su-57, yang disebut sebagai jet siluman dan lebih sangar dibanding F-35 dan F-22 milik AS, tapi enggak terlalu laku dijual.
Mereka juga punya tank T-14 Armata, yang didesain untuk membunuh tank-tank NATO, tapi tidak laku juga.
Tidak lakunya produk-produk militer Rusia ini mungkin disebabkan turunnya harga minyak, mungkin juga karena sanski AS.
(Baca Juga: Atlet Asean Games Meninggal karena Kanker Getah Bening dan Ini Pemicunya)
China berlari sangat liar
Soal perlengkapan militer, China dulu sangat bergantung pada Rusia.
Dari situ China berhasil membangun dasar yang kuat dalam membangun kekuatan militernya menjadi yang terbesar di dunia—melampuai saudara tuanya itu.
China, bukan Rusia, menjadi negara pertama yang menjawab dominasi AS dalam hal pesawat siluman dengan Chengdu J-20.
China juga berlari sangat kencang dalam hal perangkat lunak dan komputasi.
Sama seperti Putin yang ingin menambah luas wilayah geografis negaranya, China juga melakukan hal serupa.
Negara ini ingin memperluas wilayah lautnya dengan membangun benteng militer di Laut China Selatan dan terus melakukan klaim-klaim di sana.
(Baca Juga: Dikira Bawa Pistol Asli, Polisi Tembak Mati Anak Down Syndrome)
China dulu membeli kapal induk Soviet untuk dijadikan sebagai kapal pelatihan. Sekarang, mereka punya rencana membuat tiga atau lebih kapal serupa untuk menguatkan kekuatan di laut.
Rusia, di sisi lain, harus menangguhkan satu-satunya kapal induk sampai 2022.
Cina, sekali lagi bukan Rusia, telah menjadi mimpi buruk bagi AS. Dan dengan populasi sepuluh kali Rusia, dan ekonomi yang digadang-gadang bisa menyalip AS, memang layak mendapatkan predikat itu.
Rusia kerap mencapai tujuan-tujuan politiknya dengan “bersandar” di negara-negara satelitnya yang lebih kecil.
Sementar China, mereka hendak melawan AS secara terang-terangan. (*)
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |