Untuk mengoperasikan senjata baru ini, Arab Saudi membentuk Pasukan Rudal Kerajaan Saudi—dan ini sangat menggangu Amerika Serikat.
Hanya empat tahun kemudian, Arab Saudi mengakhiri perselisihan dengan Irak.
Meski sekitar 46 rudal Irak jatuh di wilayahnya, Arab Saudi tidak pernah meluncurkan rudalnya ke negara tersehut. Kenapa?
Masalah utama DF-3 adalah ia punya Circular Error Probable (CEP) sebanyak 300 meter.
Dalam istilah balistik, CEP digunakan sebagai ukuran tingkat akurasi sistem senjata khususnya peluru kendali balistik.
Ini artinya, jika Anda menembakkan enam rudal ke target yang disasar, hanya akan ada tiga rudal yang mendarat pada jarak tiga kali lapangan sepakbola dari target, sementara tiga lainnya meleset jauh.
Bagaimanapun juga, buat apa menggunakan senjata yang tingkat akurasinya minim? Kecuali jika DF-3 itu sudah dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Tapi China mengaku tidak akan menjualnya kepada Arab Saudi.
Baca Juga : Jangan Biasakan Meminjam 5 Barang Ini, Dampaknya Berbahaya!
DF-3 kini sudah dimodifikasi untuk membawa 3.000 ton bahan peledak tinggi.
Ini artinya, DF-3-nya Arab Saudi waktu itu hanya “berguna” untuk menjatuhkan bahan peledak tinggi pada target seluas kota dan secara acak akan membunuh warga sipil yang tidak berdosa.
Selain itu, melimpahnya senjata dari pesawat perang AS selama Perang Teluk membuat Saudi tak perlu membutuhkan rudal itu.
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |