Saat itulah lengan kirinya langsung masuk ke wajan pengorengan yang berisi minyak panas.
Minyak mendidih yang memenuhi wajan itu juga nyiprat ke lengan kanan, dada, kaki dan sedikit di bagian wajah.
“Untungnya wajan itu tidak sampai terguling tapi hanya miring. Kami tak bisa membayangkan bagaimana jadinya andaikata wajan itu sampai terbalik dan minyaknya tumpah pasti sudah habis anak saya,” kata Sri Mulyati yang ibunya saat itu tidak bisa menyelamatkan cucunya karena kejadiannya begitu cepat dan kedua tangannya juga memegang alat memasak.
Suasana mendadak panik dan jerit tangis keluarganyapun pecah melihat kejadian tersebut.
Semua tak tega melihat kedua lengan Syamsudin dan beberapa bagian kulitnya melepuh.
Baca Juga : Dasrath Manjhi, Belah Gunung Berbatu Seorang Diri Demi Akses Jalan ke Rumah Sakit
Namun yang mencengangkan Syamsudin tidak menangis justru dengan ucapannya yang masih cadel meminta pada orang di sekitarnya untuk tenang dan melarang menangis.
“Jangan menangis...jangan menangis aku tidak apa-apa,” Sri Mulyati menirukan celoteh anaknya saat itu.
Seketika itu Syamsudin langsung dibawa ke Rumah Sakit Daerah Kalabahi Alor untuk mendapatkan perawatan.
“Hampir satu bulan anak saya dirawat di rumah sakit, dan dirawat pakai program BPJS sehingga tidak perlu mengeluarkan uang,” timpal Abdul Rahman yang mendampingi istrinya.
Yang menjadi masalah setelah sembuh lukanya lenganya mengkeret sehingga tidak leluasa bergerak.
“Itu yang kami sedih, bagaimana kelak masa depan anak saya dengan kondisi tubuh seperti ini, apalagi Syamsudin adalah anak laki-laki satunya dari kelima anak saya,” keluh Sri Mulyati.
Sri Mulyati sebenarnya ingin melakukan pengobatan lanjutan ke Kupang, tetapi hal itu tidak dimungkinkan mengingat tidak ada biaya yang cukup.