Suaminya yang sehari nelayan di laut tidak cukup untuk membiayai operasi bedah plastik.
“Rata-rata penghasilan suami melaut itu kalau pas lagi ramai bisa mendapatkan Rp 200 ribu per haritapi kalau sepi cuma Rp 50 ribu, bahkan kalau pas ombak besar sama sekali tidak ada penghasilan karena tidak bisa melaut,” paparnya.
Beruntung di tengah kebingungan itu ia mendapat kabar tentang kedatangan RSTKA ke Alor yang memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Alhamdulillah, semoga setelah operasi ini kedua tangan anak saya bisa kembali normal setidaknya bisa berkurang sehingga bisa melewati masa kanak-kanak dengan gembira,” kata Sri Mulyati penuh harap.
Baca Juga : Kondisi Kesehatannya Menurun, Subin Dal Shabet Dilarikan ke Rumah Sakit!
OPERASI KATARAK TERTINGGI
Sementara direktur RSTKA dr. Agus Harianto, SpB, menjelaskan sampai hari kedua misi di Alor, RSTKA sudah menangani sekitar 250 orang pasien.
Dari screning yang dilakukan dari 74 pasien yang datang 74 pasien diantaranya yang harus memerlukan tindakan operasi.
“Sampai hari kedua operasi katarak yang tertinggi jumlahnya karena mencapai 53 orang, selebihnya adalah operasi bedah plastik, gondok dan lain-lain."
"Untuk pasien gondok operasi dilakukan langsung oleh Dr. dr. Sahudi, SpB.KL, kepala bagian ilmu bedah umum RS Dr. Soetomo, Surabaya,” jelas Agus yang untuk hari ketiga ini sudah ada delapan pasien lagi yang siap di operasi.
Sementara ketua yayasan dari RSTKA dr. Christijogo, SpAn KAR, bersyukur karena selama menjalankan misi kemanusiaan di Alor mendapat respon positif dari pemerintah daerah dan jajarannya.
“Antara misi RSTKA dengan Pak Bupati maupun jajaran dibawahnya sejalan, karena kebetulan saat ini pemerintahan Alor juga tengah meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat,” kata Christijogo.