"Munculnya lumpur dari permukaan tanah yang menyebabkan amblasnya bangunan dan pohon di Kabupaten Sigi dekat perbatasan Palu akibat gempa 7,4 Sr adalah likuifaksi (liquefaction)
Likuifaksi adalah tanah berubah menjadi lumpur seperti cairan dan kehilangan kekuatan".
Sementara itu, seorang ahli geologi dan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia yang bernama Rovicky Dwi Putrohari mengatakan bahwa gempa menyebabkan kekuatan lapisan tanah menghilang dan tidak bisa menahan yang di atasnya.
Likuifaksi tanah ini kemudian menimbulkan longsoran.
Saat terlikuifaksi, tanah yang merupakan lapisan batu pasir ini tidak dapat menahan berat apapun yang berada di atasnya.
Baik itu berupa lapisan batuan maupun bangunan.
Munculnya lumpur atau likuifaksi ini bukanlah satu-satunya fenomena yang terjadi setelah gempa.
Melansir dari laman Kompas.com (1/10/2018), Grid.ID telah merangkum beberapa fenomena yang terjadi setelah peristiwa di Palu-Donggala.
Amplifikasi gelombang di teluk
Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu W Pandoe menyebut gempa donggala yang berkekuatan 7,4 SR itu memiliki energi sekitar2,5 x 10^20 Nm yang setara dengan 3 x 10^6 Ton-TNT atau 200 kali bom atom Hiroshima.
Baca Juga : Update Gempa Donggala: Hindari Penjarahan, SPBU dan Minimarket di Palu Dijaga Polisi dan Tentara
Source | : | Kompas.com,bobo.id,Wikipedia |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |