Semakin hari, katarak di mata Debi kian parah dan membuat dirinya menjadi tak bisa melihat sama sekali.
“Dulu saya masih bisa melihat. Kelas 5 SD mulai kena katarak, sampai akhirnya rusak. Umur 14 tahun masih low vision, tapi setelah itu total tidak bisa melihat. Akhirnya berhenti sekolah karena sudah tidak bisa melihat papan tulis,” cerita Debi.
Debi pun bercerita bagaimana kondisi dirinya yang tadinya bisa melihat kemudian tiba-tiba menjadi tidak bisa melihat.
Baca Juga : Berhasil Sabet Medali Perak di Asian Para Games 2018, Ini 3 Hal yang Bakal Dilakukan Syuci Indriani
Bahkan, ia pun pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
“Ya, waktu itu saya sempat stres, frustrasi, bahkan sempat pengen minum sampo, pengen mati saja, tidak mau hidup lagi. Pokoknya waktu itu mikirnya kaya sudah tidak berguna lagi,” kenang wanita 31 tahun tersebut.
Namun, niat buruk itu tidak ia lakukan. Ia mengingat pesan dari orangtuanya yang harus menerima takdir karena sudah telah ditentukan-NYA.
“Yang paling kasih suport orang tua. Mereka bilang harus menerima keadaan dan pantang menyerang, harus berjuang. Allah menciptakan kamu itu tidak sia-sia,” ujar Debi.
Setelah itu, Debi mulai bangkit. Ia mulai suka menulis dengan bantuan alat yang menunjang aktifitasnya tersebut. Debi suka menulis puisi, cerpen bahkan cerita hidupnya meskipun dirinya sudah tak bisa melihat lagi.
Tidak hanya menulis. Hal lain yang intesn dilakukan Deb ialah bermain catur. Bahkan, saat usai menginjak 24 tahun, Debi sudah mengikuti sejumlah kejuaraan baik nasional maupun internasional.
“Tahun 2011 sekitar umur 24 tahun, saya sudah main di Kejurnas. Waktu itu sempat juara dua. Kemudian 2013 ikut ASEAN Para Games, di Singapura juga ikut 2015, itu dapat medali perak dari nomor individu dan emas di beregu. dan ASEAN Para Games 2017 di Malaysia dapat emas,” ujarnya.
Anggunnya Aaliyah Massaid saat Maternity Shoot, Berbalut Gaun Panjang Tanpa Umbar Perut Seksi