Ibarat menyantap hidangan, akan terasa kurang komplit jika tak disertai dessert-nya. Nah, hubungan seks pun demikian.
Seperti apa, sih, "hidangan penutup"nya? Bila kita rajin menyimak rubrik konsultasi seks di berbagai media, sering kita temukan keluhan dari para istri yang merasa tak puas.
Salah satunya, karena sikap suami di akhir hubungan; entah itu langsung ngorok lantaran kelelahan, beranjak ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri, atau malah beranjak ke kamar kerja untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya, dan sebagainya
Istri merasa diabaikan, apakah dirinya sudah mengalami kepuasan atau belum, suami seolah tak mau tahu.
Memang, ujar dr. Ferryal Loetan, SK, ASC & T, DSRM, MMR., orang kerap mengawali hubungan seks dengan foreplay alias "pemanasan" lebih dulu, tapi lupa mengakhirinya dengan afterplay.
Padahal, afterplay sama pentingnya dengan foreplay. Bukankah untuk mencapai kepuasan yang lengkap, harus diakhiri dengan penutup yang manis pula? Tapi itulah, banyak orang tak tahu pentingnya afterplay.
"Mungkin karena tak dianggap penting, sehingga banyak orang yang tak mencari tahu dan akhirnya tak melakukan," tutur seksolog ini.
KEPUASAN BATIN
Afterplay sering dikatakan juga sebagai fase resolusi.
Pada fase ini, alat-alat kelamin dan bagian tubuh lain mengalami perubahan, kembali ke keadaan semula sebelum ada rangsangan seksual.
"Pada wanita ditandai dengan vagina yang terasa kembali menyempit dan memendek, serta payudara mulai berkurang ketegangannya dan kembali ke bentuk serta ukuran semula.
Sedangkan pada pria ditandai dengan menurunnya penis, serta ukuran dan letak buah pelir yang kembali ke keadaan semula," terang Ferryal.
Selain itu, ketegangan otot, tekanan darah, denyut jantung, dan frekuensi pernafasan juga kembali ke keadaan semula.
Jadi, setelah mencapai puncak perangsangan, koitus, diikuti dengan orgasme, maka keduanya kembali ke keadaan semula.
Itulah mengapa, kegiatan seks tanpa penutupan atau afterplay sering menimbulkan ketidakpuasan.
Tak ubahnya seperti permainan yang enggak selesai.
"Ini terutama terjadi pada wanita. Dibandingkan pria, dalam berhubungan seks, wanita lebih mementingkan kepuasan batin, bukan kepuasan fisik dan nafsu semata."
Dikutip dari Nova.id, setelah mencapai orgasme, kepuasan seks pada lelaki ditandai dengan adanya ejakulasi. Tak demikian halnya dengan perempuan.
"Mungkin ada kedutan-kedutan di otot-otot vagina, tapi pada dasarnya, kepuasan wanita datangnya dari emosi, dari kepuasan batin, karena wanita lebih melibatkan perasaan dalam berhubungan seks.
" Itulah mengapa, wanitalah yang kerap "menderita" dengan tak dilakukannya afterplay.
"Mungkin pada lelaki tak terasa. Jarang ada suami yang terpengaruh atau stres karena tak mendapatkan afterplay. Wong, bagi lelaki, seks hanya dianggap sebagai kebutuhan semata, kok. Jadi, kalau sudah selesai berhubungan, ya, sudah."
Lain halnya dengan wanita, karena mereka sangat sensitif dan melibatkan emosi. "Jadi, kalau setelah kontak seksual suaminya langsung tidur kelelahan, terang saja si istri mencak-mencak."
Padahal, bahaya, lo, jika ada pihak yang merasa tak puas, karena bisa mempengaruhi kehidupan seks dan rumah tangga.
"Tanpa ada kegairahan dan rasa puas di dalam rumah, dikhawatirkan pasangan akan bergairah di luar rumah. Nanti dia cari PIL atau WIL untuk mencari kepuasan lain. Habis, di rumah aku enggak pernah puas, sih, begitu alasannya." Nah, lo!
Karena itu, setelah berhubungan seks, suami jangan langsung tidur atau membelakangi istri.
Dampaknya bisa merugikan kehidupan seks dan suasana perkawinan itu sendiri, baik pada kehidupan seksual berikutnya maupun kehidupan sehari-hari.
Buntutnya, bisa menimbulkan hal yang tak wajar, seperti marah yang berlebihan dan tak terkontrol.
"Anaknya enggak kenapa-kenapa dimarahi, pembantu salah sedikit dibentak-bentak. Kekesalan-kekesalan seperti itu kalau terus menumpuk akan menjadi trauma yang berkepanjangan," terang Ferryal.
Jadi, Pak, setelah orgasme tercapai, sebaiknya rabalah pasangan. Berilah ia sentuhan ringan. Memberi sentuhan pun sudah termasuk afterplay, lo.
SALING BERPANDANGAN
Mengenai teknik afterplay, sebaiknya sesuaikan dengan keinginan pasangan.
Tak melulu harus berupa rabaan, sentuhan atau ciuman, tapi bisa juga dipakai cara lain.
Misalnya, jika suami atau istri sudah mengantuk dan kepayahan, bisa dilakukan dengan istirahat, saling berpeluk sambil ngobrol-ngobrol soal anak.
Bisa juga hanya saling berpandang-pandangan, bermesraan sambil memikirkan masalah keluarga.
"Meskipun kelihatannya sepele, namun dengan melakukan afterplay kecil-kecilan seperti berpelukan, berpandang-pandangan, atau saling ngobrol ini, bisa menambah kemesraan dan hubungan batin suami-istri."
Pada akhirnya, tentu juga akan meningkatkan kualitas hubungan mereka. Bisa juga dengan cara foreplay yang langsung dilanjutkan dengan afterplay tanpa melalui orgasme.
Misalnya, dengan cara bercumbu dan mengobrol. Hal ini pun tetap bisa memberi kepuasan untuk kedua belah pihak.
"Ada, kan, pasangan yang tak setiap hari ingin berhubungan seks, tapi hanya ingin meningkatkan kualitas kehidupan perkawinan dan keintiman mereka. Nah, teknik foreplay dan afterplay bisa dipakai sekaligus.
Jangan salah, ini pun sehat dan memuaskan, kok, bagi kehidupan seks dalam perkawinan, tak melulu harus orgasme." Teknik ini pun bisa dilakukan bila suami impoten atau tak berdaya, karena suami yang tak berdaya bukan berarti tak bisa memuaskan pasangan.
"Dia bisa memuaskan pasangan dengan cara lain, entah dengan rabaan, jari-jari, atau oral. Ini termasuk teknik foreplay dan afterplay sekaligus."
Bagi si lelaki pun hal ini cukup memuaskannya.
Bukankah dalam berhubungan intim, yang lebih dipentingkan adalah kepuasan batin?
"Ia pun puas karena bisa memuaskan pasangannya. Jadi, mereka bisa sama-sama puas tanpa harus berhubungan intim," terang Ferryal.
MULTIPLE ORGASM
Afterplay, terang Ferryal, sebenarnya memberi keuntungan lain.
Bagi pasangan muda, khususnya yang baru menikah, ataupun bagi pasangan yang pandai memanfaatkan kehidupan cinta mereka, afterplay bisa menjadi fase foreplay untuk memulai hubungan seks berikutnya.
"Jadi, buat grafiknya turun dulu, kemudian naik lagi," terangnya. Kalau fase afterplay berubah menjadi "pemanasan" lagi, maka akan membawa pasangan menikmati multiple orgasm. "Secara psikis, hal ini lebih disukai wanita," lanjutnya.
Cara menaikkan kembali gairah dilakukan tahapan yang sama dengan foreplay.
"Tapi biasanya agak cepat, karena, toh, kedua belah pihak sudah sama-sama panas.
" Bukankah kalau yang satu sudah "naik", pasangannya pun biasanya mengikuti?
"Pada suami yang sudah mahir, ia dapat mengatur istrinya untuk bisa beberapa kali orgasme, sehingga istrinya bisa benar-benar puas."
Tentu dibutuhkan latihan dan pengalaman untuk menjadi "piawai" dalam melakukan multiple orgasm, karena pria harus menahan ejakulasi dan orgasme.
Malah kalau sudah mahir, menunda orgasme dengan memperlambat ejakulasi sebetulnya dapat memberikan kepuasan yang lebih besar, lo.
Jadi, pada afterplay bisa terjadi lagi foreplay, kemudian masuk hubungan intim, selanjutnya afterplay lagi.
"Begitu seterusnya mengikuti siklus, bisa dilakukan berulang-ulang atau hanya sekali saja. Siklusnya memang begitu, sesuai dengan kemampuan masing-masing pasangan."
Kuncinya, ujar Ferryal, jangan dipaksakan.
Padahal wanita tetap punya hak, lo, untuk merasa puas
"Lagi pula, kalau istri sungkan ngomong sama suami, ya, lama-lama dia sendiri yang merasakan akibatnya.
"Bisa-bisa nanti kehidupan seksnya terganggu. Apalagi kalau suaminya kurang sensitif dengan kebutuhan istri.
Akhirnya, istri bisa enggak orgasme, lo."
Kalau sudah begitu, sama saja dengan melipatgandakan stres dan ketegangan di pihak istri.
"Ia akan marah sekali karena tak bisa menuntaskan hasratnya."
Jadi, Pak-Bu, bila ingin melakukan hubungan seks secara lengkap dengan berbagai variasinya, siapkan dengan baik dan lakukanlah komunikasi.
Dokter Detektif Alias Doktif Bongkar Identitasnya, Akui Pernah Dihubungi Pemilik Bisnis Skincare yang Ketar-ketir Kebusukan Produknya Dibongkar