Grid.ID - Presiden Joko Widodo menanggapi kasus dugaan tindak kekerasan dalam dunia pendidikan.
Menurut Jokowi, tindak kekerasan bukanlah bagian dari pendidikan dasar dalam kegiatan apapun.
Bahkan, Kepala Negara menyebut hal tersebut sebagai bentuk tindakan kriminal.
Presiden pun sekaligus menegaskan bahwa tindak kekerasan tidak boleh terus dibiarkan di dunia pendidikan di manapun di Indonesia.
Ia juga berharap agar ke depannya tak lagi terjadi tindak kekerasan serupa itu.
(BACA JUGA Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2017, Ini Pesan Penting Jokowi)
Inilah 5 kekerasan dalam dunia pendidikan yang pernah terjadi dalam periode 2016 - 2017.
Semua korbannnya adalah wanita.
1. Siswi MTs Ditampar Guru di Kulonprogo
Seorang siswi MTs Negeri Galur, Erlina Eka Prasetya, mengaku telah mendapat perlakuan kasar dari oknum guru di sekolahnya.
Mengaku kena tampar pada kepala bagian belakang, Erlina kemudian merasa pusing.
Rasa sakit di kepala itu juga masih terasa di pagi harinya.
Erlina pun sempat menjalani perawatan medis mulai dari Puskesmas Galur hingga ke RS Senopati Bantul.
(BACA JUGA Fenomena Tes Keperawanan Di Indonesia, 3 Hal Ini Bikin Itu Kategorinya Kekerasan Seksual)
Kronologi kejadiannya adalah pada hari Selasa (26/1/2016) saat guru kelasnya tidak mengajar karena suatu acara di luar sekolah.
Sesuai perintah guru lain, siswa kelas VIII itu mengerjakan tugas dan harus dikumpulkan di ruang kantor guru.
Keluar dari ruang guru setelah mengumpulkan tugas itu, Erlina bertemu dengan oknum guru perempuan Sar.
Guru tersebut mempertanyakan mengapa para siswa keluyuran di luar kelas saat jam pelajaran.
Saat itu, menurutnya, guru tersebut juga menampar Erlina yang kena di kepala bagian belakang dan seorang siswa lainnya.
"Saya kena. Yang Nevi Elvita (temannya) kena tapi tidak merasa sakit," kata Erlina.
Saat itu, Erlina mengaku merasa pusing dan menangis di kelas.
Ibunya, Marsih, mengatakan tidak seharusnya guru bersikap kasar seperti itu.
Dia merasa kecewa karena perlakuan guru tersebut terhadap anaknya hingga membuat gadis itu sakit kepala.
Jika memang siswa bersalah, menurutnya, seharusnya guru dapat membina dengan cara lebih bijak, bukan menampar atau bersikap kasar.
"Setelah kejadian itu guru juga sempat datang ke rumah dua kali. Mereka minta maaf ngakunya khilaf. Kami juga memaafkan, tapi semoga ini menjadi pembelajaran," kata Marsih.
Wakil Kepala Urusan Kurikulum MTs Galur, Marwati, ketika dikonfirmasi membantah adanya dugaan kekerasan guru terhadap muridnya.
Menurutnya, yang terjadi adalah salah satu guru sekolah itu hanya menggiring atau mendorong agar siswa masuk kelas.
Saat itu, menurutnya, guru yang bersangkutan sedang mengajar matematika di kelas berbeda.
Mendengar keramaian di luar kelas, guru tersebut menegur dan menggunakan dua tangannya mendorong siswa, bukan menampar.
Tangan kiri mengenai kepala siswi, satunya mengenai pundak siswa lainnya.
(BACA JUGA Maia Estianty Akan Memilih Negara Ini Sebagai Tujuan Sekolah El)
"Maksudnya hanya menggiring agar siswa masuk kelas. Saat itu kan jam pelajaran," ujar Marwati.
Pagi harinya, ketika siswa tersebut mengaku merasa pusing, pihak sekolah juga mengantarnya ke Puskesmas dan RS Senopati Bantul.
Menurutnya, pihak sekolah juga yang mencarikan mobil transportasi karena siswa itu mengaku takut naik ambulans.
Marwati juga mengatakan siswa itu selama di sekolah memang sudah tiga kali pingsan dan mudah sakit ketika mengikuti upacara maupun di kelas.
"Kami dari sekolah juga sudah menjenguk ke rumahnya. Katanya sudah tidak merasa pusing lagi," ujarnya.
2. Siswi SMKN 2 Simbang Maros Ditampar Guru PMR
Seorang siswi kelas satu SMK 2 Simbang, Maros Bantimurung, Sulawesi Selatan An (16) tidak mau lagi masuk sekolah setelah ditampar oleh seorang guru Palang Merah Remaja (PMR), Marlina, Senin (5/9/2016).
Keluarga korban, Ilyas menjelaskan, Kamis (8/9/2016) penganiyaan tersebut berawal saat An keluar dari PMR. Namun Marlina marah tanpa alasan jelas dan menamparnya.Padahal sebelum keluar, An telah melapor.
Saat ditampar, warga Dusun Mannuruki, Desa Minasabaji, Bantimurung ini menangis kesakitan. Dia langsung pulang ke rumahnya dan menyampaikan hal tersebut ke orangtuanya Dg Nolang dan Dg Timang.
"Keluarga tidak menerima kalau ponakan saya ditampar tanpa alasan jelas. Masa anak keluar dari di PMR langsung disanksi tanpa ada teguran, minimal secara lisan," katanya.
An didampingi oleh Ilyas Kangaung melaporkan hal tersebut ke Polsek Bantimurung supaya kasus tersebut diusut.
Ilyas meminta, kepada pihak SMK 2 Simbang supaya memberikan surat pindah sekolah ke An. Pasalnya, korban tersebut memilih tinggal di rumahnya.
Bahkan, An memilih menangis saja jika disuruh ke sekolah. Dia trauma dan takut kepada oknum guru honorer yang memukulnya tersebut.
"Kemarin saat saya bertemu dengan kepala sekolah dan meminta supaya ponakan saya diberikan saja surat pindah. Dia tidak mau lagi masuk sekolah. Tapi sekolah belum bisa memberikanya karena rapornya belum keluar," ujarnya.
(BACA JUGA Mau Sekolah di SMA Taruna Nusantara, Ini Biaya Pendidikannya yang Membuat Mata Melotot)
Menurutnya, An bersedia bersekolah di sekolah lain yang sederajat dengan SMA, kecuali bukan di SMK 2 Simbang.
Sementara, Kepala SMK 2 Simbang Muktar membantah jika, Marlina menampar An. Dia hanya mendorong wajahnya karena tidak mau belajar PMR.
3. Siswi SMK Bogor Ditampar Guru Sampai Berdarah
Seorang guru sebuah SMK swasta di Kabupaten Bogor dilaporkan orang tua siswi ke Polres Bogor karena diduga telah menampar anaknya hingga mengalami luka di bagian bibir dan hidung.
Orang tua korban, Vivi Suryanti (38) didampingi anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menjelaskan kejadian bermula saat anaknya CK (16) tidak mengikuti Upacara 17 Agustus.
"Karena tidak ikut upacara, anak saya disuruh membuat makalah sebanyak empat halaman. Setelah diserahkan, ternyata masih ada kekurangan dan anak saya disuruh membuat makalah sebanyak 8 halaman lagi," katanya.
(BACA JUGA 5 Sekolah Termahal di Dunia, Biaya per Siswa Rp 1 Miliar)
Saat makalah diserahkan kembali tanggal 1 September lalu, guru tersebut tetap tidak mau menerima.
Entah apa yang terjadi, saat itulah kerah baju CK ditarik dan guru tersebut menampar korban sehingga bibir dan hidung siswi SMK itu berdarah.
Vivi, Warga Jalan Veteran Dalam RT 2/2, Kelurahan Warga Jaya, Bekasi Selatan Kota Bekasi menyesalkan tindakan oknum guru tersebut.
"Anak saya dianiaya guru fisika, sekitar pukul 07.30 pagi. Saya sesalkan, karena anak saya diperlakukan kasar dalam komplek sekolah," katanya.
CK, siswi kelas 1 SMK selama ini tinggal di asrama di sekolah tersebut dan pulang ke rumah seminggu sekali.
Rury Arief Rianto, Komisioner KPAI bidang pengaduan, pelayanan, mediasi dan advokasi mengatakan, pihaknya akan terus mengawal kasus ini, agar dikemudian hari, tidak ada lagi guru main hakim sendiri atas siswanya.
"Kami tadi ketemu penyidik PPA dan ternyata sedang berjalan kasusnya. Anaknya sekarang sudah tidak sekolah karena takut sama pelaku," ujar Rury di Mapolres Bogor.
(BACA JUGA Indro Warkop Biarkan Anak Kecil Bahagia Dengan Sekolah Mereka)
Sementara itu Kasat Reskrim Polres Bogor, AKP Auliya Djabar mengatakan, pihaknya sudah memeriksa empat orang saksi dan melakukan visum atas luka korban.
"Guru itu secepatnya akan kami panggil. Sekarang keterangan saksi dulu. Kami juga akan panggil kepala sekolahnya," katanya.
Jika terbukti, guru fisika itu bisa dijerat Pasal 80 Undang-undang RI nomor 35 tahun 2014 tentang penganiayaan terhadap anak.
4. Siswi SD Cambaya Dipukul Gurunya
Seorang murid SD Inpres Cambaya, Kecamatan Pallangga, JE (12) menjadi korban pemukulan gurunya sendiri, Sa, Sabtu (7/5/2016).
Orang tua JE, Kasma saat mendampingi anaknya melapor ke Mapolres Gowa, mengatakan anaknya tiba-tiba muntah dan pusing ketika pulang sekolah.
"Dia tiba-tiba muntah. Waktu saya tanya dipukul gurunya di sekolah," katanya saat dikonfirmasi Tribun Timur (Tribunews.com Network).
JE saat dimintai keterangan dihadapan polisi menceritakan, awalnya dia saling ejek dengan anak gurunya itu bernama NW.
"Dia memang sering ajak saya berkelahi setiap hari. Awalnya dia bicara kotor saya lalu saya balas katai juga, baru saya pukul, dia tampeleng dan tinju perut ku. Saya tidak balas karena anak guru. Setelah itu dia lapor ke mamanya," katanya.
Mendengar anaknya dipukul, sang guru lalu mencari JE di luar kelas dan menampar pipi kirinya hingga mengalami pusing dan muntah.
Orangtua JE yang tidak terima kemudian melaporkan keduanya ke Mapolres Gowa.
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |