Mereka terima saya dan akhirnya hingga kini hubungan ini terjaga dengan baik.
Sementara saat saya di Bali, saya bertemu banyak orang yang baik I Gusti Putu Wiyani yang sudi menerima saya untuk bisa tahu arti cinta dan karma.
Dimana apa yang kau tabur itu yang kau tuai. Jika kau menabur kebaikan suatu saat kamu akan menuainya.
Ditambah mengenal Mahaguru Gede yang telah mengajarkan saya arti sebuah hidup dari sisi spiritual, tanpa ia memandang perbedaan keyakinan antara saya dan dia.
Semua pelajaran hidup yang ia berikan ke saya saat kami berbincang sedikit banyak telah merubah pola pandang saya selaku manusia terhadap manusia lainnya.
Dia menanamkan agar saya meningkatkan nilai spiritual saya.
Mahaguru membuat mata saya terbuka, bahwa manusia banyak kelemahannya jika harus dihadapkan kepada bentuk godaan apa saja, apakah itu harta, tahta maupun bentuk godaan lain.
Lagi-lagi, Bali mengajarkan saya bahwa hidup ini bukanlah sekedar perhitungan untung-rugi maupun maju-mundur, tapi soal bagaimana tidak ada yang merasa dirugikan dan tidak menguntungkan diri sendiri.
Di sana juga saya bertemu Pak Gus dan Mas Indra. Ada satu kutipan Mas Indra yang akan saya rekam selamanya selama hidup saya,
Mas Indra dia salah seorang pengembara juga.
Sambil tersenyum dia cuma bilang bahwa dia seorang pengembara tapi tidak ada jejaknya.
Dia percaya bahwa jika kita berbuat baik maka akan ada jalan dipertemukan dengan orang baik.
Dalam perjalanan spiritualnya Mas Indra hanya berpesan suatu saat, saya akan menemukan persimpangan dan memilih antara ego dan bijaksana.
Dan salah satu yang punya kesan mendalam bagi saya selama melakukan perjalanan pengembaraan ini adalah kala saya lama menginjakkan kaki di Mojokerto.
Di sana, saya bertemu dengan banyak orang-orang ‘gila’.
Di sana, hampir setengah hati saya telah saya tinggalkan, orang-orang yang saya temui di sana memang orang-orang yang total dan loyal kepada seni dan kehidupan tradisi.
Keluarga besar warung rakyat di Mojokerto yang membuat saya menjadikan tempat ini istimewa dalam perjalanan pengembara.
Ada nama Mas Lean Triana Agusta, sepanjang saya memandang sang pemilik Warung Rakyat di Mojokerto itu, merupakan sosok orang yang mau berbagi karena dia merasa apa yang ia miliki adalah gerbang untuk memperkuat seni.
Dia hanya berpikir jika ia berbuat baik maka suatu hari akan ada balasan yang ia terima.
Ada juga bang Untung Sitanggang, yang juga sebagai seseorang yang berandil cukup besar dalam perkembangan komunitas di Mojokerto dan salah seorang yang saya rasa cukup berjasa membuat Warung Rakyat menjadi trendsetter di kalangan komunitas di sana.
Perjalanan pengembaraan ini sebetulnya tidak akan pernah bisa saya rasakan tanpa sebuah restu dari orang tua.
Saya masih ingat bagaimana Mamak saya menitipkan pesan agar saya segera pulang dan hidup normal setelah saya puas menjalani apa yang telah saya cita-citakan.
Saya menitikkan air mata kala sebuah kalimat “Mamak sudah bangga sama kamu,” cukup membuat hati saya terenyuh, dan membuat saya berjanji dalam hat.
Suatu hari Mamak akan kembali memeluk anakmu ini dalam keadaan selamat dan akan membuat keluarga lebih bangga lagi dari sekarang apa yang mampu saya persembahkan.
Saya memang telah berani membuat sebuah keputusan meninggalkan dunia normal, sebuah pekerjaan yang cukup menjanjikan, semua saya tinggalkan demi sebuah cita-cita, dan suatu hari saya akan kembali dan mencium lagi keningmu yang telah terkerut usia.(*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya