Pemasangan pipa baru tersebut diprakarsai dan didanai oleh Jejaring Mitra Kemanusiaan-OXFAM (JMK-OXFAM) yang melibatkan masyarakat setempat dengan sistem kerja padat karya.
Baca Juga : Cerita Ade Jigo Saat Diterjang Tsunami, Lihat Orang Ceramah Hingga Pintu Bercahaya
Kepala Desa Sibalaya, Abdul Gafur (37), dan Kaur Keuangan Desa Sibalaya, Sofyan, adalah dua sosok yang menjadi motor penggerak kegiatan padat karya di desa yang terkena gempa dan likuifaksi tersebut.
“Tidak seorangpun yang menginginkan mendapat musibah. Kalau memang akhirnya terjadi, ya, kita semua harus ikhlas menerima. Semua harus bangkit, tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan,” kata Abdul Gafur ketika ditemui di hunian sementara bersama warga lainnya.
Abdul Gafur mengaku, bukan pekerjaan mudah membangkitkan kembali semangat warganya pasca kehilangan rumah akibat gempa.
Namun, dia tidak mau putus asa. Setiap hari dia keluar masuk tenda pengungsian untuk memompa semangat warganya.
“Sebenarnya dalam hati saya juga remuk redam, tetapi kalau sebagai pemimpin saya ikut drop, bagaimana dengan warga saya?” kata Abdul Gafur, yang sebelum menjadi kepala desa, aktif ikut berbagai organisasi.
Abdul Gafur menceritakan betapa gempa hebat meluluhlantakkan desanya. Tempat tinggal warga desa yang berjumlah 257 KK atau 919 jiwa hilang tak berbekas.
“Tak hanya hancur, tapi dimana posisi rumah kami pun tidak ada yang tahu. Begitu gempa, semua bangunan bergeser hingga 500 meter lebih dari lokasi semula,” cerita Abdul Gafur.
Akibatnya, semua infrastruktur hancur tak berbekas, termasuk saluran air yang selama ini berfungsi mengairi seluruh kebutuhan warga desa.
“Karena pipa di sumber mata air hancur, pasokan air ke bawah pun otomatis berhenti.”
4 Pesan Presiden Prabowo di Acara Perayaan Natal Nasional 2024, Berjanji Tak Akan Menyulitkan Rakyat