Nirma yang siang itu sedang bercengkerama dengan Sabenna, Rani, dan Naida mengaku warga Desa Sibalaya merasa terbantu dengan proyek padat karya yang dilakukan JMK-OXFAM.
Berbeda dengan warga laki-laki yang mengerjakan pemasangan pipa air, warga perempuan fokus membersihkan rumput dan gulma di areal kebun cabe, tomat, dan sayuran lain di sekitar lokasi hunian.
Baca Juga : Pasca Tsunami di Selat Sunda, BMKG Pasang Alat Peringatan Dini Tsunami di Sekitar Gunung Anak Krakatau
Setelah bersih dari gulma, hasil tanaman terbukti makin bagus.
“Kalau sekedar cabe, tomat dan sayur, kami tidak perlu membeli, cukup ambil dari kebun saja,” timpal Sabenna (60).
Karena itu, lanjut Nirma, hampir semua ibu dan remaja perempuan warga Desa Sibalaya ikut terjun di proyek padat karya tersebut.
“Kami beruntung, selain suami, kami para ibu juga dilibatkan dalam proyek ini,” ujar Nirma yang berharap setelah program padat karya ini berakhir, ada suntikan dana atau pinjaman lunak yang ditawarkan bagi mereka.
Dana tersebut kelak akan dijadikan modal untuk membuka usaha seperti ketika belum terkena bencana.
Menurut Naida, laki-laki warga Desa Sibalaya sejak lama bertanam, sementara warga perempuan sudah lama dikenal memiliki keterampilan membuat kue.
Makanan kecil itu dijual di depan rumah, pasar, bahkan ada yang keliling dari kampung ke kampung.
“Tetapi begitu gempa, semua langsung terhenti. Jangankan peralatan membuat kue, rumah saja hilang entah kemana,” timpal Sabenna, janda dengan lima anak, empat di antaranya mengais rezeki di luar kota.
“Kalau ada sedikit bantuan modal, rencananya akan kami gunakan untuk membeli peralatan masak-memasak serta bahan kue. Itu saja keinginan sederhana kami,” imbuh Sabenna.
Ya, warga memang harus segera bangkit dan menentukan masa depan sebab tak mungkin selamanya mengharapkan bantuan. “Kami ingin berusaha dengan kaki dan tangan sendiri, kami tidak ingin selamanya meminta, kami ini punya kemampuan,” tambah Nirma penuh semangat.
Mengembalikan Rasa Percaya Diri
Sementara itu Meilinarti, koordinator Emergency Food Security and Vulnerable Livelihood (EFSVL) JMK-Oxfam menjelaskan, program padat karya merupakan salah satu program yang diterapkan oleh JMK-OXFAM di lokasi bencana.
Pola penerapan program padat karya tetap mengacu pada peraturan pemerintah yang ada. “JMK-OXFAM menetapkan program padat karya ini dilakukan selama 15 hari dengan upah sebesar Rp 80 ribu/hari dengan masa kerja maksimal 6 jam,” kata Meilinarti.
Tujuan program padat karya ini minimal ada dua, yang pertama membantu perekonomian para korban bencana untuk sementara. Yang kedua, warga bisa langsung menikmati hasil kerja yang dilakukan.
Namun, selain kedua manfaat di atas, program padat karya ini juga untuk mengembalikan rasa percaya diri warga. Pasalnya, warga tidak sekedar menerima uang tetapi juga ikut terlibat dalam perencanaan, pengambilan keputusan, sampai tahap peleksanaan.
“Jadi, pihak JMK-OXFAM sifatnya hanya memfasilitasi, tapi pengambil keputusan tetap warga,” papar Meilinarti sambil menjelaskan bahwa selama mengikuti program padat karya, warga juga akan dilindungi oleh BPJS selama sebulan.
Yang tak kalah penting, untuk daerah-daerah tertentu seperti Desa Sibalaya ini, penerapan program padat karya sekaligus juga menjadi trauma healing.
Dengan melakukan aktifitas positif bersama, maka beban psikologis akibat gempa yang pernah dialami akan berangsur hilang.
Gandhi Wasono M.
Innalillahi, Ayah Jessica Iskandar Meninggal Dunia, Istri Vincent Verhaag Tulis Pesan Pilu