“Pak, nanti kalau saya jadi polisi, bapak saya kasih uang,” kata Afandi sambil tertawa menirukan ucapan anaknya. “Tapi dengan kondisi kakinya yang seperti ini, entahlah, apakah dia bisa meraih cita-citanya itu,” kata Afandi.
Afandi melanjutkan, anak sulungnya itu selain cerdas juga sangat taat beribadah.
Setiap hari nyaris tak pernah meninggalkan salat, termasuk salat berjamaah di masjid.
Ketika mendengar suara adzan Subuh berkumandang, tanpa dibangunkan dia akan bangun sendiri.
“Dia justru yang membangunkan saya untuk salat Subuh berjaaah di masjid,” cerita Afandi.
Bingung Biaya Berobat
Saat ini, beban Afandi memang agak bertumpuk.
Sejak gempa terjadi, ia bersama warga lain belum berani kembali ke rumah.
Meski rumahnya tak sampai roboh, tetapi tembok batakonya ikut retak-retak.
Afandi kini harus tinggal di hunian sementara berupa bangunan dari kayu dengan atap dari rumbai dedaunan.
“Saya tidak tahu sampai kapan harus bertahan dengan kondisi seperti ini.”
Di sisi lain, sebenarnya Afandi juga ingin membawa Yahya ke rumah sakit supaya mendapat tindakan medis yang memadai sehingga tulang kakinya bisa kembali seperti semula.
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya