Grid.ID – Lomba 17 Agustusan ini berawal dari penindasan di jaman penjajahan.
Nyatanya keseruan lomba-lomba berikut ini bisa memberikan kenangan yang manis yang bikin masa kecil kita jadi lebih bahagia.
Nggak percaya? Nih lima lomba 17-an yang pernah dibuat oleh bangsa yang kreatif.
Selain mendidik, kegiatan lomba yang seru ini punya filosofinya tersendiri.
Kadang, ada cerita unik di dalamnya, kadang ada kesengsaraan juga di proses pembuatannya.
Yang jelas, lomba-lomba 17-an yang ini tetap bikin masa kecil kita jadi bahagia tapi sedikit sengsara jika membayangkan filosofinya.
Yuk kulik ceritanya!
Permainan ini punya andil besar membuat kaki pemainnya keserimpet dan akhirnya muka bisa mencium tanah, tuh! Hehehe.
Seberapa cepat pun kita bergerak, secepat itu juga kita bakal terjatuh dan terjatuh lagi.
Permainan yang satu ini memang butuh kesabaran ekstra, say!
Tapi tahu nggak sih, alasan dibalik kenapa lomba ini diciptakan? Lantas, kenapa juga kita harus masuk karung sebelum berlari? Berikut penjelasannya!
Ternyata Al dan Prilly Latuconsina Sedang Membangun Hubungan, Ini Faktanya | Grid.ID https://t.co/njocdIwJot
— Grid.ID (@grid_id) August 17, 2017
Konon, pada saat penjajahan, sebagian besar rakyat Indonesia menderita. Semua bahan pakaian diambil oleh kaum penjajah. Kecuali karung goni. Jadilah rakyat Indonesia menggunakan karung goni sebagai pakaian mereka. Kain karung itu menimbulkan gatal-gatal di kulit. Membuat rakyat tersiksa.
Makanya pas kemerdekaan tiba, bim salabim, dengan kreativitas anak bangsa pada awal kemerdekaan itu rakyat mulai berpakaian yang layak dan mulai menginjak-injak karung.
Mungkin dari situlah tercetus lomba balap karung.
Dengan sisipan pesan moral di atas, betapa sulitnya berlari apabila pergerakan kaki terbatas.
Filosofi yang sama ketika Indonesia dijajah, bangsanya terkungkung sehingga sulit untuk berkembang maju pada saat itu.
Nggak ada sejarah yang jelas soal lomba ini. Namun yang pasti, lomba tarik tambang pernah menjadi salah satu cabang lomba di Olimpiade tahun 1900 hingga 1920.
Nah, bisa jadi saat Belanda menjajah Indonesia di abad 17, permainan yang dalam bahasa Inggris disebut tug of war ini sudah ada dan terus dibudayakan.
Makna permainan ini sih cukup "dalem". Pasalnya lomba tarik tambang bisa diartikan juga cara merebut kebebasan kita yang telah lama direnggut penjajah.
Merebutnya pun harus ramai-ramai, makanya tarik tambang juga disebut-sebut melatih kekompakan dan persatuan bangsa.
Yap! Yang menang, bebas bawa pulang tambangnya, ups hadiahnya!
Soal perjuangan dan peperangan, lomba ini yang paling mewakili keadaan Indonesia pada masa itu. Sesuai nama permainannya, senjatanya jelas: bantal! Tantangannya juga jelas, konsentrasi penuh dan menyerang lawan. Hukumannya lebih jelas lagi, jatuh ke air dan menanggung malu (basah).
Walau asik untuk dijadiin bahan tertawaan, lomba ini benar-benar mewakili kondisi perang pada masa itu.
Lomba perang bantal ini ternyata tercatat sebagai lomba yang pertama kali digelar di awal masa perayaan kemerdekaan.
Itu sebabnya_mungkin_ permainan ini dibuat, yaitu untuk mengingatkan kita pada perjuangan para pahlawan kita dalam merebut dan mempertahan kemerdekaan,
Apapun senjatanya, kemerdekaan harus kita rebut. Dengan bantal sekali pun!
Padahal dulu, ajang ini adalah hiburan dan cara bagi para penjajah untuk tertawa. Sadis memang!
Jadi, para penjajah suka menertawakan rakyat Indonesia yang kesusahan memanjat batang pinang.
Ajang ini biasanya diadakan pas ada acara pernikahan atau perkawinan.
Para penjajah waktu itu akan mengajak rakyat Indonesia untuk mengambil hadiah yang terdapat di puncak batang pohon pinang yang dilumuri pelumas.
Bagi para penjajah, panjat pinang adalah tontonan menarik. Ya, mereka suka melihat kita kesusahan meraih impian.
Bikin Haru, Inilah Kisah 17 Agustusan Al dan Prilly, Bareng Mantan Pejuang Kemerdekaan | Grid.ID https://t.co/iDia3AVpvr
— Grid.ID (@grid_id) August 17, 2017
Tapi yang jelas, lomba ini tetap dibudayakan. Pasalnya hadiah lomba panjat pinang semakin tahun semakin menggiurkan.
Bukan cuma sepeda, televise atau kompor di puncak batang pinang, melainkan juga jaman dulu ada keju, gula dan kemeja yang pada jaman itu merupakan barang-barang mewah.
Sekarang, hadiahnya bisa gadget atau voucher liburan ke luar negeri. Wih! *Kenapa nggak keliling Indonesia aja sih?
Eniwei, dari permainan ini, kita bisa belajar banyak tentang kekompakan dan kebersamaan.
Bagaimana usaha satu tim meraih kemenangan harus dipupuk kekuatannya sehingga bisa sampai di ujung batang pinang.
Pantang menyerah adalah pesan tersirat dari permainan ini. Meski kerap diguyur air dan minyak oli, para pemain tetap harus bertahan hingga mencapai puncaknya.
Luar biasa memang!
Entah siapa yang mencetuskan permainan ini? Jika menurut para sejarah, lomba lari kelereng mungkin berasal dari para penjajah.
Berawal dari cara mereka untuk berjalan baik dan benar supaya dianggap berwibawa.
Hanya saja, kali ini tidak menggunakan buku, oleh sebab waktu itu buku masih termasuk barang mahal.
Jadilah latihan berjalan seperti model atau orang berwibawa imni memakai kelereng dan sendok sebagai latihan keseimbangan.
Para penjajah ini pun akhirnya berjalan pelan supaya kelereng dalam sendok tidak terjatuh. Namun kegiatan mereka ternyata ketahuan oleh orang Indonesia.
(Baca: Bagi Raisa Indonesia itu Kita, Indonesia itu Alamnya!)
Sanking bencinya sama penjajah, rakyat Indonesia kemudian membuat lelucon dari ritual latihan para penjajah tersebut. Alih-alih berjalan cepat, ternyata parodi ini sangat bisa dijadikan hiburan.
Tak elak, rakyat pun menjadikan lari kelereng ini sebagai salah satu permainan dalam lomba 17 agustusan.
Nggak percaya, cobain deh serunya lari kelereng ini hehehe! (*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya