Grid.ID - Kabar Sulli Eks f(x) meninggal karena bunuh diri dan viral mengingatkan pada tanda-tanda dan cara mencegah depresi sejak dini yang harus dipahami publik.
Publik perlu mengetahui tanda-tanda dan cara mencegah depresi sejak dini agar kabar Sulli eks f(x) meninggal karena bunuh diri tidak terulang kembali.
Lantas apa saja tanda-tanda dan cara mencegah depresi sejak dini agar kasus kematian Sulli eks f(x) meninggal karena bunuh diri tidak kembali terulang?
Seperti yang dikabarkan sebelumnya, salah satu mantan personil f(x) ditemukan bunuh diri di kediamannya.
Aktris peran sekaligus penyanyi asal Korea, Choi Jin-Ri atau yang akrab disapa Sulli ini ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di rumahnya di Seongnam, Seol, Senin (14/10/2019).
Sulli sendiri merupakan artis K-Pop yang memulai debutnya sebagai aktris pada 2005.
Selanjutnya, Sulli bergabung dalam girlband f(x) pada 2009. Ia kemudian vakum pada 2014.
Pasca keluar dari girlband tersebut, Sulli sendiri merupakan artis yang kerap mendapatkan bullyan netizen.
Beberapa hal yang membuat netizen melemparkan bully-an kepada Sulli salah satunya lantaran ia memmosting foto ciuman dengna sang pacar, Choiza di Instagram.
Tak hanya itu, ia juga mendapat bully-an usai mengunggah foto saat merayakan pesta ulang tahun sahabatnya, Go Ha Ra dengan konsep pesta piyama.
Netizen menilai pakaiannya terlalu terbuka, sehingga tidak pantas.
Ia juga dibully lantaran pernah berbagi kecupan dengan Go Ha Ra, hingga dinilai menjadi penyuka sesama jenis.
Akibat banyak bully-an, dokter memastikan penyebab Sulli bunuh diri adalah lantaran depresi.
Oleh karena itu, kenali tanda-tanda dan cara mencegah depresi sejak dini.
Dilansir Grid.ID dari berbagai sumber, berikut tanda-tanda dan cara mencegah depresi yang harus dikenali sejak dini.
Dilansir dari laman womenshealth, depresi merupakan gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam dan rasa tak peduli.
Baca Juga: Sulli Ex f(x) Meninggal karena Bunuh Diri, Ini 9 Fakta Kelam Dunia Kpop yang Tak Banyak Terekspos
Kondisi ini bisa menyebabkan efek yang lebih buruk pada penderitanya, yaitu produktivitas kerja menurun, hubungan sosial terganggu, hingga keinginan untuk bunuh diri.
Tanda-tandanya antara lain sebagai berikut.
1. Tersenyum Seperti Tak Terjadi Apa-apa
Menurut psikolog klinis Heidi McKenzie, hal itu disebut juga dengan “depresi tersenyum”.
Baca Juga: Sulli f(x) Tewas Gantung Diri, Pihak Kepolisian Temukan Catatan Harian di Kediamannya
Nama lain dari kondisi kejiwaan ini adalah high-functioning depression atau persistent depressive disorder.
“Orang dengan depresi tersenyum sering menutupi gejala depresi yang dirasakannya. Mereka tetap beraktivitas seperti biasa dan berinteraksi ke orang lain sambil menutup dalam-dalam perasaannya,” kata psikolog yang berpraktik di Pittsburgh, Amerika Serikat ini.
Para pakar menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kategori depresi ringan.
“Istilah ini bisa dipakai untuk menghilangkan stigma pada depresi sehingga orang yang mengalaminya bisa mencari bantuan,” kata psikiatri Kaiser Permanente.
Baca Juga: Sulli Meninggal Dunia, Super Junior dan Seleb Kpop Lainnya Kompak Batalkan Jadwal
2. Wanita yang Mengalami Seksisme
Seksisme adalah diskriminasi terhadap jenis kelamin.
Selain itu seksisme juga dapat merujuk pada kepercayaan atau sikap yang berbeda terhadap seseorang.
Dilansir Grid.ID dai laman Independent, pada Rabu (16/10/2019) wanita tiga kali lebih sering mengalami seksisme dibandingkan pria.
Para peneliti dari University College London (UCL), baru-baru ini melakukan penelitian terhadap hubungan antara pengalaman seorang wanita dengan seksisme dalam kesejahteraan mereka.
Penelitian tersebut dilakukan pada Studi Longitudinal Rumah Tangga terhadap 2.956 wanita berumur 16 tahun lebih di Inggris pada tahun 2009 dan 2010.
Wanita yang mendapat sebutan, ancaman, bahkan tindakan fisik dapat lebih rentan mengalami depresi.
3. Tinggal di Kota Besar dengan Polusi yang Tinggi
Baca Juga: Breaking News: Sulli F(X) Ditemukan Tewas di Rumahnya
Lingkungan tempat tinggal juga menjadi salah satu penyebab munculnya depresi.
Dilansir Grid.ID dari laman The Guardian, berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal Psychiatry Research itu, Helen dan timnya juga mengatakan kalau 75% masalah kesehatan mental dimulai pada masa kanak-kanak hingga remaja di mana ketika itu otak sedang mengalami perkembangan pesat.
"Tingkat polusi udara yang tinggi tidak baik, terutama untuk anak-anak karena dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental," ungkap Helen dari Kings Collage London, seperti yang dikutip dari The Guardian.
Partikel polusi udara yang kecil dinilai sanggup masuk ke dalam sistem saraf kita hingga menimbulkan penumpukan dan peradangan.
Baca Juga: Setelah Proses Penyelidikan, Kepolisian Ungkap Penyebab Kematian Sulli Eks f(x)
Pada anak-anak, terjadinya peradangan pada sistem saraf otak akan menghambat perkembangannya sehingga akan mengarah ke bipolar dan depresi.
"Seperti yang kita tahu, partikel polutan cukup kecil untuk masuk melewati sistem saraf kita. Hal ini tentunya akan mengakibatkan peradangan di otak yang dapat berkembang menjadi gelaja depresi," imbuhnya.
Lalu bagaimana cara mencegah depresi sejak dini?
Dilansir Grid.ID dari laman Kompas.com, ada beberapa cara mencegah depresi antara lain.
Baca Juga: Adiknya Depresi dan Sempat Ingin Bunuh Diri, Kate Middleton Ikuti Sesi Terapi Bersama Keluarganya
1. Menanyakan keadaan seseorang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Merasa tidak memiliki harapan
- Perasaan sedih dan moody yang ekstream
- Sering insomnia
- Perubahan Penampilan dan Kepribadian
- Sering menyendiri
- Pernah menyakiti diri sendiri
- Pernah berkata ingin bunuh diri.
2. Dengarkan Keluh Kesahnya
3. Jaga perasaan Mereka agar Tetap Nyaman dan Aman
Baca Juga: Studi Terbaru Menunjukkan Bahwa Permainan Kuno Mahjong Dapat Membantu Penderita Depresi
4. Bantu untuk kembali bangun hubungan dengan orang terdekat
5. Sering-sering memeriksa keadaan mereka.
Tak hanya itu, kamu juga bisa menghubungi layanan pencegahan bunuh diri dengan konseling di kontak berikut ini.
Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan, Jalan Dr Latumeten No.1 Jakarta 11460, telepon 021-5682841-43.
Hotline Kementerian Kesehatan: 1-500-454.
Kepolisian terdekat, Call Center 021-91261059.
World Suicide Hotlines Indonesia: 500-454. (*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | The Guardian,independent,kompas,womens health |
Penulis | : | Novita |
Editor | : | Novita |