Alhasil, tidak ada uang tersisa untuknya merenovasi rumah yang ditinggalinya bersama dengan kedua adiknya.
Baca Juga: Kisah Pilu Seorang Penjaga Sekolah di Karawang yang Selama 14 Tahun Tinggal di Ruang Guru Tanpa Alas
"Rumah ini bangunan tua dan dihuni bertiga, saya, adik saya (Sunarya dan Wanda). Nah waktu itu pernah dapat bantuan dari Yayasan Gafatar di tahun 2007 karena rumahnya mau roboh. Tapi renovasi sekadarnya karena lokasi yang seperti ini juga," kata Kudus.
Saat itu, rumahnya yang hanya terdiri dari satu petak kamar berukuran 5x3 meter itu masih dialiri listrik dari tetangga.
Ia hanya cukup membayar iuran sebesar Rp 15 hingga 20 ribu sebulan untuk pasokan listrik tersebut.
Namun kemudian setelah ia berhenti bekerja sebagai cleaning service, listrik di rumahnya pun mulai diputus karena tidak ada yang mampu membayar.
Baca Juga: Baru Saja Lahirkan Anak, Tasya Kamila Tanggapi Kisah Pilu Baby Ryu
Kedua adiknya yang bekerja sebagai penjaga counter dan kerja lain hanya mampu menghidupi dirinya sendiri.
Sementara, Kudus yang semakin hari digerogoti penyakit asma yang turun temurun ditambah dengan TBC hanya bisa bekerja yang tidak terlalu berat.
"Kerja bisa sih cuma enggak berat. Untuk makan sehari-hari saya mulung barang bekas aja sama ngamen," ucapnya.
Setiap harinya, Kudus akan pergi mengamen sembari mencari botol-botol bekas.
Nurul Qomar Dimakamkan Pagi Ini, Keluarga Ungkap 1 Permintaan Terakhir sang Komedian Soal Pemakaman
Source | : | Kompas.com,Tribun Jakarta |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Deshinta Nindya A |