Kudus pun menjadi sudah terbiasa hidup 10 tahun tanpa aliran listrik karena tidak pernah mendapatkan bantuan apa pun kecuali sembako rutin dari pemerintah.
Itu pun hanya sebatas beras 5 kilogram dan sembako lainnya yang pada akhirnya dijualnya lagi karena tidak memiliki alat masak.
"Setiap dapat saya jual lagi. Uangnya buat beli lauk pauk aja setiap hari. Karena di rumah juga enggak ada apa-apa," tutur Kudus.
Mulung Demi Sambung Hidup
Keadaan yang dialaminya sekarang tidak menjadikan Kudus menjadi pribadi yang berpangku tangan.
Ia bertekad selama masih bisa bekerja dia tidak akan mengemis belas kasihan orang lain.
"Saya enggak ngemis Pak, paling ya ngamen kalau ada bantuan ya saya terima. Pokoknya tidak mengemis," ucap Kudus.
Selain mengamen, Kudus juga sembari mulung botol-botol plastik bekas yang akan dijualnya ke pengepul.
"Biasa dapat Rp 5-10 ribu dari kumpulin botol ini, diberikan ke pengepul. Atau pemulung datang kasih uang ke saya, ya cukup buat makan," ucap Kudus.
Uang dari botol-botol plastik itu lah yang digunakan Kudus agar bisa menyambung hidup untuk membeli makan dan bayar fasilitas umum yang digunkaannya untuk mencuci pakaian, mandi hingga buang air besar.
"Kalau ke WA ya WC umum bayar Rp 2 ribu, itu sekalian semuanya. kKdang juga enggak bayar orang juga sudah paham," pungkas Kudus.
(*)
Sering Lakukan Sesi Curhat dengan Betrand Peto, Sarwendah: Harus Cerita Biar Bunda Tahu
Source | : | Kompas.com,Tribun Jakarta |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Deshinta Nindya A |