Menurut Petriglieri, melakukan panggilan video membutuhkan lebih banyak fokus daripada obrolan tatap muka.
Obrolan video berarti perlu bekerja lebih keras untuk memproses isyarat non-verbal seperti ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh.
Tuntutan untuk lebih fokus ini mengonsumsi banyak energi.
"Anda tidak dapat bersantai, seperti ketika dalam percakapan tatap muka," katanya.
Ada pula faktor lain, seperti jeda yang terjadi antar percakapan.
“Diam menciptakan ritme alami dalam percakapan kehidupan nyata. Namun, ketika itu terjadi dalam panggilan video, kamu menjadi cemas,” tambahnya.
Kondisi itu juga membuat orang tidak nyaman.
Satu studi tahun 2014 oleh akademisi Jerman menunjukkan bahwa keterlambatan telepon atau sistem konferensi membentuk pandangan kita terhadap orang-orang secara negatif.
Bahkan keterlambatan 1,2 detik membuat orang memandang responden sebagai kurang ramah atau kurang fokus.
Faktor tambahan, kata Shuffler, adalah jika kita secara fisik menggunakan kamera, kita sangat sadar sedang diawasi.
Viral, Warung Mie Ayam di Magelang Ini Banderol Harga Rp 2 Ribu per Mangkok, Penjual Akui Gak Rugi dan Malah Makin Laris, Ini Alasannya
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |