Freddy lantas menceritakan awal mula ia memutuskan untuk masih terlibat di bisnis narkoba meski telah divonis mati.
Dia mengungkapkan, bisnis tersebut baru berjalan beberapa bulan dari total 1,5 tahun masa tahanan menunggu eksekusi mati, terhitung sejak divonis pada 2013.
Freddy mengaku mendapat penawaran dari jaringan internasionalnya untuk membuat dan mengedarkan narkoba jenis baru.
"Kebetulan saya kan sudah diisolasi kurang lebih 1,5 tahun, jadi (bisnis narkoba) baru berjalan beberapa bulan ini dan ada penawaran dari mereka (sindikat). Istilahnya ya sejenis narkoba baru, ekstasi. Mungkin (pengedarannya) dari jalur baru," beber Freddy
Ketika ditanya siapa yang menawarkan, Freddy hanya menjelaskan bahwa itu datang dari jaringannya.
"Dari jaringan saya ke saya," katanya.
Freddy menjelaskan, jaringannya membutuhkan dirinya untuk mengedarkan narkoba baru lantaran tidak ada orang Indonesia selain dirinya yang bisa mengatur.
"Sebetulnya ini bukan inisiatif pribadi saya, tapi jaringan saya yang menentukan saya. Karena mereka tidak punya orang di Indonesia kecuali kita," urainya.
Freddy kemudian berkilah bahwa hukum di Indonesia terkait penyalahgunaan dan pengedaran narkoba masih terbilang ringan sehingga ia nekad terus melanjutkan bisnis haram tersebut.
"Ya mungkin saya lihat hukum di Indonesia ya, sampai detik ini hukuman mati kalau kita berkelakuan baik bisa terjadi perubahan. Saya 1,5 sampai 2 tahun ini hanya diisolasi, saya terima hukuman itu," ujar Freddy.
Karena masih menunggu waktu pasti eksekusi matinya, Freddy memutuskan menerima penawaran sindikatnya karena butuh uang demi keluarganya.
"Dengan adanya eksekusi (mati) gelombang 1, gelombang 2 membuat saya ya mungkin ketakutan. Tapi bukan takut pada eksekusinya," ujar Freddy.
"Saya punya keluarga, punya kehidupan, punya anak yang saya harus penuhi. (Jadi) penawaran dari jaringan saya terima saja," sambungnya.
Selain itu, Freddy mengaku tertarik terlibat lagi karena mengetahui ia akan mengedarkan narkoba baru.
"Karena narkoba baru ya. Terus melalui sistem pengirimannya simpel ya, pakai kertas," katanya.
(*)
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka
Source | : | Kompas.com,intisari |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Nurul Nareswari |