Grid.ID - Literasi merupakan bagian penting dalam upaya penumbuhan budi pekerti.
Hal itu selaras dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penanaman Budi Pekerti.
Aktivitas membaca merupakan salah satu aktivitas yang dilaksanakan untuk mendukung hal tersebut.
Namun, dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat literasi anak-anak di Indonesia ternyata masih sangat rendah.
Hal ini didasarkan pada hasil Survei Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018 yang menunjukkan bahwa peringkat PISA Indonesia dari 79 negara pada tahun 2018 turun dibandingkan tahun 2015.
Kemampuan membaca memperoleh skor 371 (peringkat 74) sebelumnya 397, kemampuan matematika memperoleh skor 379 (peringkat 73) sebelumnya 386, dan kemampuan kinerja sains memperoleh skor 396 (peringkat 71) sebelumya 403.
Kemudian, berdasarkan hasil Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) tahun 2018, pada bagian dimensi budaya literasi ternyata penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas yang membaca selain kitab suci baik cetak maupun elektronik hanya 45,72% dari target 70%.
Hal ini menunjukkan bahwa minat baca anak-anak di Indonesia masih rendah.
Selanjutnya, berdasarkan Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2019, diketahui bahwa penyebab masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah karena kurangnya akses untuk membaca, yaitu minimnya ketersediaan buku bacaan yang berkualitas dan fasilitas perpustakaan, terutama di daerah-daerah terpencil.
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Nasional, Pemerintah Kirim 4 Juta Buku ke Daerah 3T
Hal ini tentu menjadi keprihatinan semua pihak, tak terkecuali Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, sebagai salah satu unit utama di Kemendikbudristek, diharapkan ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia (terutama pada anak-anak usia sekolah).
Salah satu upaya yang dilakukan berupa penyusunan bahan penguatan literasi, baik dalam bentuk buku cetak maupun digital.
Penyusunan bahan pengayaan pendukung literasi secara rutin dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sejak tahun 2016 sampai sekarang (tahun 2022).
Jumlah buku yang disusun sejak 2016-2021 dan lulus penilaian dari Pusat Perbukuan sebanyak 687 buku untuk jenjang anak usia PAUD, SD, SMP, dan SMA.
Buku-buku tersebut juga telah didigitalkan dan diunggah di laman http://budi.kemdikbud.go.id.
Beberapa buku juga telah dibuat dalam versi buku audio sehingga anak-anak berkebutuhan khusus juga dapat menikmati buku-buku pengayaan literasi tersebut.
Sesuai dengan arahan Mendikbudristek dan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, pada tahun 2022 ini Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) kembali melaksanakan program penyusunan bahan pendukung literasi untuk jenjang anak usia PAUD dan SD.
Hal ini dilakukan karena kebiasaan membaca memang harus dimulai sejak usia dini.
Baca Juga: Kompas Gramedia Menyalurkan Hewan Kurban Idul Adha 1443 H untuk Warga Sekitar
Pada masa ini anak-anak memiliki banyak keistimewaan serta sedang berada di tahap perkembangan fisik dan psikologis yang sangat pesat.
Usia perkembangan anak pada masa ini disebut juga sebagai usia emas (golden age) yang dimulai sejak usia lahir hingga usia enam tahun.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Jamaris pada tahun 2013 yang ditulis dalam buku berjudul “Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan” menunjukkan bahwa pertumbuhan intelektual otak anak yang berusia 4 tahun mencapai 50%, sedangkan pada usia 8 tahun meningkat menjadi 80%, dan menjadi optimal pada usia 18tahun.
Data tersebut memperlihatkan bahwa usia dini sangatlah penting untuk perkembangan anak.
Oleh karena itu, mengenalkan anak membaca sejak dini sangat berguna.
Salah satu caranya dengan memberikan buku bacaan yang menarik dan bermutu untuk anak sejak usia dini.
Cara ini dapat meningkatkan kebiasaan membaca sejak dini dan membentuk minat baca anak.
Berdasarkan hasil "Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Buku Bermutu bagi Anak", yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek pada bulan September 2021 disimpulkan bahwa ada tiga prinsip utama buku yang bermutu bagi anak, yaitu (1) buku yang anak benar-benar ingin baca, bukan buku yang orang dewasa pikir anak ingin baca; (2) buku yang bervariasi tema dan ceritanya; serta (3) buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya.
Ketersediaan pilihan buku yang sesuai dengan jenjang pembacanya, terutama usia dini dan SD akan membantu meningkatkan minat baca pada anak sejak dini.
Selain itu, buku yang bermutu juga akan mendorong aktivitas membaca dan menulis, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
Dengan kemampuan membaca yang baik, lima literasi dasar berikutnya (numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan) dapat ditumbuhkembangkan.
Dalam penyusunan buku pengayaan literasi (terutama buku bacaan untuk anak), Badan Bahasa sebagai salah satu unit utama di Kemendikbudristek selalu berupaya menyusun buku-buku yang bermutu dan sesuai dengan perjenjangan buku yang telah dibuat oleh Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek.
Buku-buku yang telah disusun tersebut selanjutnya dinilai oleh para pakar buku bacaan anak dan dinilaikan ke Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek.
Setelah buku-buku tersebut dinyatakan lulus penilaian dan mendapatkan SK penetapan dari Mendikbudristek, Badan Bahasa selanjutnya mencetak buku-buku tersebut dan disebarluaskan kepada masyarakat, baik secara cetak maupun digital.
Khusus pada tahun 2022 ini, sesuai arahan dari Mendikbudristek, Badan Bahasa melakukan pencetakan dan pengiriman buku pengayaan literasi serta modul literasi-numerasi untuk jenjang SD ke daerah 3T.
Adapun sekolah yang menjadi sasaran pengiriman buku ini adalah 7.609 SD yang memiliki nilai literasi AN (Asesmen Nasional) tahun 2021 rendah dan 5.963 PAUD yang memiliki peserta didiknya berusia 5-6 tahun yang tersebar di 81 Kabupaten/Kota yang masuk kategori 3T.
Dalam penyediaan modul literasi-numerasi dan penentuan sekolah sasaran tersebut, Badan Bahasa telah dibantu oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP); Direktorat PAUD; dan Direktorat SD, Kemendikbudristek.
Buku-buku pengayaan literasi dan modul literasi-numerasi ini diharapkan mampu mendorong praktik baik literasi baca-tulis di sekolah-sekolah di wilayah 3T sehingga tingkat literasi anak-anak di daerah tersebut dapat meningkat.
Baca Juga: Tingkatkan Kegemaran Membaca Generasi Muda, Gramedia dan TikTok Hadirkan Kembali #SerunyaMembaca
Jumlah buku yang dicetak oleh Badan Bahasa tahun 2022 ini yaitu sebanyak 20 judul untuk buku PAUD (119.260 eksemplar) dan 540 judul untuk buku SD (12.767.902 eksemplar).
Dalam mencetak buku-buku tersebut, Badan Bahasa menggunakan mekanisme lelang dan yang memenangkan lelang tersebut adalah PT Gramedia (Cikarang), PT Pura Barutama (Kudus), PT Macananjaya Cemerlang (Klaten), dan PT Temprina Media Grafika (Gresik).
Adapaun untuk pengiriman, Badan Bahasa bekerja sama dengan PT Pos Indonesia.
Buku yang dicetak oleh PT Gramedia akan dikirim ke regional 1 yang meliputi wilayah di Sumatera.
Buku yang dicetak oleh PT Pura Barutama akan dikirim ke regional 2 yang meliputi wilayah di Kalimantan dan Sulawesi.
Buku yang dicetak oleh PT Macananjaya Cemerlang akan dikirim ke regional 3 yang meliputi wilayah di NTT dan NTB.
Buku yang dicetak oleh PT Temprina Media Grafika akan dikirim ke regional 4 yang meliputi wilayah di Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
Selain melaksanakan program pencetakan dan pengiriman buku pengayaan literasi, Badan Bahasa bekerja sama dengan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), serta organisasi pegiat literasi lainnya, juga melaksanakan program pendampingan pemanfaatan buku pengayaan literasi di sekolah sasaran.
Hal ini dilakukan agar para guru di sekolah yang telah menerima kiriman buku-buku tersebut mampu mengelola dan memanfaatkan buku pengayaan literasi dan modul literasi numerasi tersebut secara optimal untuk meningkatkan kecakapan literasi peserta didik dalam program yang kreatif, bermakna, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Jurnalisme Berkebangsaan: Bangun Kesadaran Generasi Muda akan Makna Jurnalisme
Dalam program ini, Badan Bahasa melibatkan sebanyak 32 orang fasilitator pendampingan buku tingkat pusat, 243 orang fasilitator pendampingan buku tingkat regional, 7.609 orang fasilitator pendampingan buku tingkat kabupaten, serta para pegiat literasi di masyarakat. (*)
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Okki Margaretha |