Fenomena ini dikenal sebagai "Coinbase Effect," yaitu kondisi di mana nilai cryptocurrency melonjak tajam setelah terdaftar di Coinbase.
Coinbase, sebagai aplikasi dompet digital dan platform perdagangan berbagai mata uang kripto, resmi mencatatkan diri di bursa saham Nasdaq dengan kapitalisasi sebesar Rp 1.250 triliun.
Saat IPO, harga saham Coinbase dibuka pada angka 381 dollar AS per saham, setara dengan sekitar Rp 5,5 juta (dengan kurs Rp 14.600).
Harga sahamnya sempat mencapai 429 dollar AS (sekitar Rp 6,2 juta), namun kemudian turun hingga sempat berada di posisi 310 dollar AS (sekitar Rp 4,5 juta).
Meskipun mengalami penurunan, nilai saham Coinbase tetap berada di atas harga acuan yang ditetapkan oleh Nasdaq, yaitu 250 dollar AS (sekitar Rp 3,6 juta).
Pada penutupan hari Rabu, harga saham Coinbase tercatat 328,28 dollar AS (sekitar Rp 4,8 juta).
Dengan harga tersebut, kapitalisasi pasar Coinbase mencapai 85,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.250 triliun.
Sebelum melantai di bursa saham AS, Coinbase merilis laporan keuangan kuartal I-2021 yang mencapai 1,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 26 triliun, meningkat sembilan kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan bersih juga dilaporkan naik dari 32 juta dollar AS (sekitar Rp 467 miliar) menjadi sekitar 730 juta dollar AS (Rp 10,6 triliun) hingga 800 juta dollar AS (sekitar Rp 11,6 triliun).
Jumlah transaksi pengguna bulanan pun meningkat dari 2,8 juta menjadi 6,1 juta dalam tiga bulan.
Pada tahun 2020, pendapatan Coinbase tercatat mencapai 1,28 miliar dollar AS (sekitar Rp 18,7 triliun), seperti dirangkum KompasTekno dari CNBC, Kamis (15/4/2021).
Sebagian besar transaksi di Coinbase adalah pembelian Bitcoin dan Ethereum, yang mencatatkan kenaikan rekor masing-masing lebih dari 800 persen dan 1.300 persen dalam setahun terakhir.
(*)
Ariel NOAH CS Ngotot ke MK Gugat Hal Ini Imbas Kasus Agnez Mo, Ahmad Dhani Beri Sindiran Keras
Source | : | Kompas.com,Tribunlampung.co.id |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |