Padahal, neuron merupakan sel-sel saraf yang berperan penting untuk menjalankan fungsi kognitif otak.
Kematian neuron berarti penurunan fungsi kognitif otak dan menyebabkan seseorang menjadi lemot.
Tulisan yang datanya ditelaah dr Yusra Firdaus itu juga menyebutkan bahwa monosodium glutamat memiliki efek buruk lain bagi sistem saraf.
Dampaknya menyebabkan sakit kepala, insomnia, dan kelelahan.
"Monosodium glutamat juga dapat menimbulkan gejala-gejala depresi dan kecemasan. Hal-hal tersebut tentu dapat memengaruhi kinerja seseorang dan dapat berdampak negatif," paparnya.
Oleh karena itu, mereka pun menyarankan untuk tidak mengonsumsi banyak MSG atau micin. Meski dampak yang ditimbulkan tidak terjadi dalam sekejap, tetapi jika Anda menambahkan MSG dalam makanan sehari-hari, maka lama-lama efeknya juga akan menumpuk.
Mereka menyarankan, lebih baik untuk menggunakan rempah-rempah alami sebagai pengganti micin, misalnya kunyit, jahe, lada, cengkeh, kayu manis, kemiri, dan ketumbar.
Terkait hal ini, Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI) memberikan tanggapannya yang diterima Kompas.com, Selasa (28/11/2017).
Menurut kesimpulan mereka, MSG aman untuk dikonsumsi asal dalam takaran penggunaan secukupnya.
Sementara itu, di lain tempat di tahun 1997, sempat diadakan pertemuan konsensus yang membahas apakah micin berbahaya atau tidak.
Salah satu hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah tingkat asupan yang aman mengenai penambahan micin.
Para peneliti memaparkan bahwa micin dapat diberikan secara terus-menerus pada manusia dalam dosis besar tanpa menimbulkan efek samping.
Salah satu contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Bazzano pada 1970.
Pada temuan Bazzano, micin bisa diberikan hingga dosis 147 gram per hari selama 30 hari atau lebih tanpa menimbulkan efek samping.
Berbagai penelitian tentang keamanan micin juga terus dilakukan.
Salah satunya pada tahun 2000 yang melibatkan 130 orang yang menyebut diri mereka reaktif terhadap MSG.
Para peserta kemudian diberi larutan MSG atau plasebo (obat kosong).
Jika mereka mengalami satu di antara sepuluh gejala yang ada dalam daftar, mereka akan diuji kembali dengan MSG dalam dosis yang sama untuk melihat konsistensi.
Selain itu, peserta juga diuji dengan dosis yang lebih tinggi untuk melihat apakah hal tersebut justru meningkatkan gejala yang dirasakan.
Setelah diuji kembali, hanya dua dari 130 orang yang menunjukkan reaksi konsisten terhadap MSG dan bukan plasebo.
Namun, ketika mereka diuji dengan MSG dalam makanan, reaksi ini justru menjadi tidak konsisten dan menimbulkan keraguan pada validitas sensitivitas MSG.
Melihat penelitian-penelitian di atas, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pun mengategorikan MSG sebagai GRAS (Generally Recognised As Safe) atau umumnya diakui aman.
Meski demikian, saat ini penelitian lebih lanjut terkait micin terus dilakukan. (*)
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Source | : | kompas,hellosehat.com,www.s.u-tokyo.ac.jp |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |