Laporan Wartawan Grid.ID, Esti Ayu Hutami
Grid.ID - Tidak mudah memang, tapi hidup harus tetap berjalan.
Kita nggak bisa berharap berhenti di satu titik kehidupan.
Ibarat roda pula yang di bawah juga pasti akan merasakan di atas asalkan dikayuh, begitu pun sebaliknya.
Penyesalan dalam hidup baik besar maupun kecil semuanya memberikan pembelajaran bagi diri kita.
Namun, jangan sampai penyesalan itu membuat kita jauh dari rasa bahagia.
( BACA JUGA :Aw! Rayakan Setahun Debut, Member Wanna One Alih Profesi Jadi Barista dan Layani Para Penggemar)
Dilansir dari Psychology Today, Penulis The Anxiety Toolkit, Alice Boyes, Ph.D memberikan tips cara berdamai dengan masa lalu agar dapat menjalani kehidupan yang akan datang dengan lebih baik lagi :
1. Jangan pernah berpikir “aku nggak akan mengulanginya lagi”
Yang perlu kita pahami penyesalan nggak selalu terjadi untuk hal yang kita lakukan pertama kali.
Dalam beberapa kasus, penyesalan itu muncul karena hal yang telah berkali-kali dilakukan.
Lebih baik atur strategi untuk secara perlahan mengubah kebiasaan yang membuatmu menyesal tersebut atau membatasi konsekuensi negatif ketika kamu mengalami kegagalan dalam mengontrol diri.
( BACA JUGA :Kabur Setelah Anjingnya Gigit Seorang Anak Kecil, Kendall Jenner Dituding Arogan)
2. Pahami perasaanmu sendiri
Banyak orang sering mengatakan bahwa mereka nggak memiliki penyesalan apapun dalam hidupnya.
Tentu hal tersebut merupakan sebuah hal yang sangat tidak realistis.
Seperti emosi negatif lainnya, penyesalan adalah pengalaman biasa dan didesain agar secara psikologis kita bisa menghadapinya.
Jika kita mampu memahami perasaan tersebut dan nggak malah menyangkalnya, maka kita akan terbantu untuk membangun strategi demi pengalaman masa depan yang lebih baik serta menjadikan emosi tersebut sebagai pelajaran.
Mengidentifikasi perasaan tersebut secara spesifik juga akan membantu kita untuk mentoleransi emosi yang dirasakan sehingga lebih bisa diatur.
( BACA JUGA :Inul Daratista Ungkap Cara Melepaskan Segala Nafsunya yang Tak Tersalurkan)
Ketika timbul penyesalan akan sesuatu hal besar, seperti gagal dalam membina hubungan, cobalah tanamkan di pikiran bahwa penyesalan adalah hal yang dialami semua orang.
Kita semua tidak sempurna.
Kamu tak perlu menyangkalnya, terkadang penyesalan memang hanyalah penyesalan dan bergerak lah lebih maju.
3. Meyakini kapasitas diri bahwa kita akan menjadi pribadi yang lebih baik setelah mengalami penyesalan
Penyesalan bisa menyebabkan keraguan besar dan membuat seseorang ingin selalu menghindar.
Penyesalan terhadap sebuah hubungan, misalnya, membuat seseorang ingin menghindari kencan serius.
Hanya karena kamu membuat beberapa keputusan yang ngak realistis dan ideal, bukan berarti kiamat datang.
Kamu harus meyakini bahwa kesalahan tersebut nggak bersifat permanen dan kamu bisa berubah lebih baik.
( BACA JUGA :Nagita Slavina Tak Kuasa Menahan Tangis Saat Dengar Denada Bercerita)
4. Mencari jalan keluar
Mengubah pola pikir bisa membantu mencegah kesalahan yang sama terulang kembali.
Penulis Gretchem Rubin memiliki tips sederhana: memikirkan pergi tidur lebih awal mungkin lebih sulit dan kurang menyenangkan ketimbang memikirkan bisa tidur larut sambil menikmati serial favorit.
Namun nggak perlu banyak berpikir, cukup lakukan hal tersebut.
Pergilah tidur lebih awal dan nikmati sensasi kenyamanan yang kamu rasakan.
Apakah sikap ini akan menghindarkan kita dari kebiasaan tidur larut karena nonton TV atau bermain game? Mungkin saja tidak.
Tapi, hal ini akan mengubah perilaku kita dengan cara yang instan.
Akan lebih mudah mengubah perilaku, ketimbang mencegah masalah dari kebiasaan.
Jika masalahmu adalah sulit memfokuskan diri pada prioritas, cobalah pilih hal-hal yang paling penting untuk dilakukan.
( BACA JUGA :Pakai Korset Transparan Full Body, Penampilan Seksi Jessica Iskandar Jadi Sorotan!)
5. Beri ruang dalam dirimu untuk menerima penyesalan itu
Agar efektif berdamai dengan penyesalan, harus ada tindakan yang dilakukan untuk mengubahnya.
Merenungi kesalahan masa lalu nggak akan banyak membantu, tapi kamu juga sulit mengesampingkan rasa menyesal tersebut juga.
Cobalah pikirkan tentang sebuah penyesalan kecil.
Contohnya, ketika pernah meninggalkan sebuah benda penting di rumah ketika kamu bepergian.
Kondisi seperti itu membuat kamu mempersilakan diri untuk menerima penyesalan tersebut selama beberapa waktu.
( BACA JUGA :Di Pengadilan, Roro Fitria Ceritakan Asyiknya Ikuti Tari Poco-poco)
Ketika kamu merasa frustrasi dengan diri sendiri dan mengritik diri sendiri, perasaan itu akan secara alami hilang.
Namun, jika kamu memiliki penyesalan yang lebih besar, kamu mungkin membutuhkan beberapa minggu atau bulan hingga perasaan menyesal tersebut hilang.
Perasaan itu juga bisa hilang dan timbul kembali di waktu tertentu.
Pada dua kondisi tersebut, hal yang bisa dipelajari adalah: emosi harus bisa dimanfaatkan untuk membuat diri kita lebih baik.
Emosi bersifat datang dan pergi.
Ketika sebuah emosi bertahan lama dalam diri kita, biasanya hal ini karena kita terus-menerus "memberi makan" emosi tersebut dengan stimulasi tertentu.
Namun, jika tidak, maka emosi tersebut akan cenderung mudah pergi dan mudah untuk dihadapi. (*)
Inilah Wajah Pemenang Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kantongi Rp500 Ribu, Mata dan Hidung Plek Ketiplek?
Source | : | psychology today |
Penulis | : | Esti Ayu Hutami |
Editor | : | Irma Joanita |