Beberapa jam setelah kematiannya, Nyai Slamet dikuburkan di tepi alun-alun selatan keraton, tak jauh dari kandangnya.
PENJAGA PUSAKA
Nyai Slamet hanya salah seekor dari tujuh kerbau yang termasuk pusaka Keraton Kasunanan Surakarta. Ketujuh kerbau albino ini keturunan sepasang kerbau bernama Kiai Slamet dan Nyai Slamet, yang hidup pada zaman Kerajaan Kartasura yang diperintah Sri Sunan Paku Buwono I, awal abad 16.
BACA JUGA : Penting! Kenali Ciri Pria yang Berpotensi Tularkan HPV Pada Perempuan
Menurut cerita, pasangan kerbau ini hadiah dari seorang sesepuh sebuah keraton di Jawa Timur. Oleh PB I mereka lalu dijadikan emban, dayang pengasuh dan penjaga, bagi tombak pusaka Kiai Slamet, warisan Kerajaan Majapahit, andalan Keraton Kartasura.
Konon, sebelumnya PB I mendapat wangsit yang mengatakan tombak Kiai Slamet harus didampingi emban berupa sepasang kerbau bule.
Waktu sedang berpikir bagaimana memenuhi perintah wangsit ini, tiba-tiba datanglah hadiah tersebut, sepasang kerbau bule, persis seperti yang diperlukan. Merasa permohonan dalam semedinya terkabul, PB I lalu memberi nama pasangan kerbau tersebut Kiai dan Nyai Slamet.
Karena menjadi peliharaan keraton dan bertugas mengawal pusaka keraton yang keramat, maka pasangan kerbau ini juga dianggap sebagai pusaka keraton yang keramat dan sakti.
BACA JUGA : Diduga Tersandung Masalah Penyimpangan Seksual, Bos JD.ID Ditangkap
Mereka dianggap tak pernah mati. Kalau mati, mereka selalu menitis pada keturunan-keturunannya. Karenanya, walau sudah puluhan generasi berlalu sejak Kiai dan Nyai Slamet yang pertama, mereka tetap ada.
Menurut Sukirman, yang mewarisi pekerjaan sebagai penjaga kerbau keraton dari mertuanya, pada keturunan yang mana Kiai dan Nyai Slamet menitis, mimpilah yang menentukannya. Yang bermimpi bisa siapa saja, ia sendiri atau orang lain.
KUTUNYA PUN DICARI
Pak Tarno Derita Sakit Stroke, Istri Pertama Ngaku Ogah Jenguk Gegara Kelakuan Bini Muda: Pelakor Itu!
Source | : | intisari online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |