Indah Permatasari/Nakita.id
#LovingNotLabelling, berikut ilmu, manfaat dan keseruan yang didapat di acara coaching clinic hypnotalk pada Sabtu, 3 November 2018
Dokter Reisa Broto Asmoro salah satu Key Opinion Leader (KOL) pada campaign #LovingNotLabelling pun sangat setuju dengan gerakan ini.
Dukungan Dokter Reisa Broto Asmoro, bisa dilihat dari unggahannya di instagram @reisabrotoasmoro pada 19 September 2018 lalu.
View this post on Instagram
Setuju banget sama gerakan yg satu ini dari @nakitaid Sebagai orangtua, tentunya kita selalu berusaha untuk memotivasi anak, salah satunya dengan memberikan pujian. Tetapi ternyata, ada kalanya pujian bisa menjadi berbahaya kalau malah menjadi tindakan labeling. Kalau dahulu kita sering mendengar bahwa kata2 negatif dari orangtua, sudah jelas memiliki dampak buruk pada psikis anak. Karena itu banyak orang tua yg dewasa ini memberikan kata2 dan kalimat positif dgn maksud ingin memotivasi anak. Nah, sayangnya tanpa kita sadari, hal tersebut sama saja seperti memberi “label” tertentu pada sang anak. Hal tersebut ternyata justru memiliki pengaruh negatif pada perkembangan kualitas dan konsep diri anak. Terutama jika labeling tersebut tidak sesuai dengan potensi sang anak. Dirinya menjadi tidak tahu kondisi dan potensi yang sebenarnya pada dirinya. Meski demikian pemberian label positif secara sengaja, sebenarnya tidak masalah selama hal tersebut tidak membebani sang anak. Jangan malah menyesatkan sang anak dan membuatnya bingung. Misalnya ‘Pintar banget sih anak mama’. Ingat, bahwa kata pintar itu luas dan sangat powerful. Ketika kita menyebutkannya tidak pada waktu dan kondisi yg tepat seperti terlalu sering diucapkan atau pada saat sang anak melakukan hal-hal yg biasa/ standard saja tapi pujiannya berlebihan. Nah sang anak akan justru jadi tersesat kalau ia menemukan fakta yg berbeda. Seperti; ‘Katanya aku kan pinter, kok aku nggak mengerti ya matematika’. Lalu dia murung, malah menjadi tidak percaya diri. Dan parahnya lagi kalau sampai ia tidak percaya lagi dengan kata2 dari orangtuanya. Nah, oleh karena itu orangtua harus memberikan penjelasan lebih spesifik dan hanya menempatkan “label” pada saat yg tepat. Jangan sampai hanya karena “label” tertentu, kita justru membatasi minat sang anak, membatasi konsep diri anak dan membatasi cara orang lain memperlakukan anak kita. Jadi Moms, cintai anak kita bukan melabelinya. #LovingNotLabelling
A post shared by Reisa Broto Asmoro (@reisabrotoasmoro) on Sep 19, 2018 at 4:08am PDT
Begitu juga dengan Glory Oyong, yang mendukung penuh campaign #LovingNotLabelling.
Pun demikian dengan Clefy, yang juga memberikan dukungan campaign #LovingNotLabelling.
Hal ini bisa Moms lihat dari unggahan foto dan caption yang ia posting pada tanggal 27 September 2018 di instagram pribadinya @clefy_theartganta.
Sementara itu, Ayo Dongeng Indonesia, salah satu komunitas yang ikut terlibat dalam campaign #LovingNotLabelling juga turut menyebarkan pesan positif #LovingNotLabelling.
Komunitas ini memposting dalam instagram mereka @ayodongeng_ind, pada 27 September 2018.
Baca Juga : Perbedaan Cara Ibu Memberikan ASI Ternyata Mempengaruhi Risiko Obesitas Pada Bayi
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Pak Tarno Ketiban Rezeki Nomplok Usai Viral Jualan Ikan Cupang, Tangisnya Pecah saat Diberi Sosok ini Rp 50 Juta