Meski genit, aku termasuk bengal, lo. Ketimbang main dengan anak perempuan, aku lebih suka main silat-silatan dan suka berantem dengan anak lelaki.
Bahkan, aku berani melawan Rubat, teman sebaya yang terkenal bandel.
Habis berantem, aku menangis, pulang ke rumah, dan mengadu sama Ibu.
Tapi, Rubat juga menangis dan mengadu pada ibunya.
Konyolnya lagi, setelah itu ibuku dan ibu Rubat berantem.
Jadilah berantem sesama ibu. Aku masih ingat, Ibu melabrak Yu Rupik, ibu Rubal.
Yu Rupik seorang pedagang nasi pecel di pasar. Ia tinggal 200 meter dari rumah kami.
Ibu jengkel, masak Rubat beraninya sama perempuan. Padahal, sebenarnya aku juga nakal, ya. Ha...ha...ha...
Ibu memang sangat menyayangiku. Hanya saja, setelah gede, aku merasa dibedakan.
Kalau pergi hajatan atau ke pasar, aku tidak diajak lagi. Ibu malah suka mengajak kakakku atau sepupu.
Mungkin karena aku terlalu gemuk, ya. Ibu, kan, terlalu berat untuk menggendongku.
Menginjak usia empat tahun, aku dimasukkan orang tua ke TK Muslimat.
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya