Wakil Kepala Sekolah mengaku hanya bisa manut terhadap keputusan yayasan.
Jika yayasan memutuskan SMP swasta ini tetap hidup, ia akan menjalaninya sepenuh hati. "Kita mencoba memberikan yang terbaik saja.
Berapa pun yang masuk, kita hantarkan dia sampai selesai," ucap wakil kasek.
"Batas penerimaan siswa nanti dibatasi, dicut-off, kapannya dari negara. Kalau bisa juga kita enggak akan tutup penerimaan," imbuhnya.
Tetap memberikan pelayanan pendidikan meski jumlah murid hanya sedikit artinya besar pasak daripada tiang.
Di luar honor guru saja, gedung sekolah tiga lantai itu butuh perawatan.
Wakil Kepala Sekolah akhirnya memutuskan, kegiatan belajar di sekolahnya memakai sistem moving class.
Tujuannya agar ruangan-ruangan kelas yang tak terpakai bisa digunakan dan tetap terawat. Hanya saja, untuk menghemat biaya operasional, pendingin ruangan tak lagi digunakan.
"Tadinya ada 12 kelas, sekarang tinggal 3, kita siasati moving class aja. Kita buat ruang musik, termasuk ruang (belajar) agama. Ruangan enggak dipakai kan rusak. Meja dan kursi lapuk, pasti. Peralatan elektronik, keyboard, organ, seperti angklung-angklung juga. Angklung enggak pernah dipakai kan lembap, lembap suaranya berubah," terang Wakil Kepala Sekolah.
Baca Juga: Ditetapkan Jadi Tersangka, Pablo Benua Balik Laporkan Fairuz dan Hotman Paris
Kerusakan memang sudah terlihat di sekolah tiga lantai itu.
Langit-langit lantai tiganya lepas, lantainya menguning, akses menuju aula dikunci karena tak signifikan lagi fungsinya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |