Di sisi lain sekolah, kolam beton yang baru separuh jadi tak dilanjutkan pembangunannya.
Wakil Kepala Sekolah menyebut, sumber pendanaan operasional sekolah praktis tinggal mengandalkan dana yayasan yang diperoleh dari hasil subsidi silang dengan SMP-SMP swasta naungan yayasan yang masih banyak peminat, di Jakarta.
Tanpa itu, keuangan sekolah defisit.
"Listrik bagaimana? Telepon gimana? PBB juga gimana? Belum sampah, gaji guru. Defisit. Yayasan minta laporan keuangan, ya saya kasih saja tagihan listriknya langsung. Mau ngelaporin apa lagi?" kata dia.
Tanpa ingin menyalahkan siapa-siapa, dia hanya ingin bertahan sebisanya di sekolah yang entah berapa lama akan bertahan.
"Saya tidak mau menyalahkan siapa pun lah, lihat sendiri saja. Kita mencoba memberikan yang terbaik saja," pungkasnya.
Baca Juga: Bayi ini Terlahir Saat Kecelakaan, Meski Sang Ibu Terlempar Keluar Jendela Truk
Aksi demo
Sementara itu, Sekretaris Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Bekasi, Ayung Sardi Dauly mengonfirmasi bahwa sejumlah sekolah swasta di Bekasi kekurangan siswa sejak 2017.
Ia menyebut, ada beberapa sekolah swasta yang jumlah siswa barunya hanya satu digit, hingga tutup karena tak mampu lagi beroperasi.
"Untuk data siswa baru tahun ini kami masih menghimpun. Sudah ada yang diketahui tidak terima siswa lagi tahun ini, tidak operasional lagi," ujar Ayung ketika dihubungi, Senin petang.
Ayung mengatakan, BMPS berencana menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Bekasi, Selasa (16/7/2019).
Aksi tersebut untuk memprotes Pemerintah Kota Bekasi yang dinilai tak sepenuh hati memperhatikan sekolah-sekolah swasta. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah dari SMP Swasta di Bekasi yang Hanya Kedatangan 2 Siswa Baru..."
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |