Sewaktu aku pulang ke Sriwijaya, Ibu sempat menanyakan keadaan Bapak. Namun tetap saja tidak mau melayat Bapak.
Ibu hanya mengirimkan karangan bunga berwarna merah-putih untuk Bapak.
Di malam itu, di Sriwijaya sedang dibicarakan penentuan tempat pemakaman Bapak.
Hal ini disebabkan adanya amanat dari Bapak, bahwa beliau ingin dimakamkan di bawah pohon yang rindang, dan di dekat pemakaman itu melintas sungai.
Bapak juga minta agar tidak dipasang batu nisan di atas pemakamannya.
Sebagai gantinya Bapak menghendaki sebuah batu ditaruh di atas pemakamannya, dengan tulisan Bung Karno penyambung lidah rakyat.
Namun akhirnya disepakati Bapak dimakamkan di Blitar.
Senin, sekitar pukul 10.00 jenazah Bapak berangkat dari lapangan terbang Halim Perdana Kusuma.
Dengan menumpang pesawat Hercules kami mengantar Bapak ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Di sepanjang jalan aku melihat lautan manusia melepas kepergian Bapak.
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |