Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati
Grid.ID - Gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang sebagian kawasan Palu dan Donggala Sulawesi Tengah yang disusul dengan tsunami setelahnya pada Jumat (28/9/2018).
Sejumlah kisah menarik dialami wargta yang menjadi korban gempa dan Tsunami Palu. Seperti yang kisah Musrifatun (50) yang mengaku terseret ke dasar laut.
Musfriatun memilih tak memejamkan matanya saat digulung ombak Tsunami Palu.
Baca Juga : Kiesha Alvaro Bernyanyi Untuk Korban Tsunami Palu, Pasha Ungu : Suaramu Lebih Indah dari Ayah
Musfriatun yang merupakan warga Kampung Nelayan, Kecamatan Mantikulore, Palu itu kehilangan harta bendanya.
Rumah beserta isinya, yang berlokasi tak jauh dari pantai kini lenyap tak berbekas.
Meski kehilangan harta benda, Musrifatun tak lantas lunglai dan memohon belas kasihan banyak orang hingga berlarut-larut.
Sebaliknya, berbekal modal seadanya dari hasil sumbangan teman, dia kembali berjualan pisang goreng dan putu di pinggir jalan.
Baca Juga : Sejarah di Balik 5 Logo Fashion Terkenal Dunia, Tahukah Kamu?
Dikutip Grid.ID dari Nova, Musrifatun menceritakan kegigihan dan keikhlasannya menghadapi cobaan.
Baca Juga : Kisah Jihan, Anak Cantik Korban Tsunami Palu yang Tengah Viral
Kepada Nova yang menemuinya di tempat penampungan sementara di Jl. Sisingamangaraja, Palu, pada Jumat (12/10), ibu tiga anak itu berkisah tentang pengalamannya.
“Bukannya enggak bersedih, tapi aku harus ikhlas menerima cobaan. Harus segera bangkit dan tak terjebak dengan kesedihan. Ibarat sekolah, musibah ini bagiku sebagai ujian,” kata Musrifatun dengan suara mantap.
Peristiwa gempa Palu-Donggala yang terjadi Jumat sore (28/9), memang begitu memilukan.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Sabun Mandi yang Dipercaya Ampuh Mencerahkan Kulit Tubuh
Musrifatun ingat, sore menjelang Magrib dia sedang istirahat di dalam rumahnya.
Tiba-tiba tanah di rumahnya bergetar keras, disusul suara gemeretak dari bangunan dan seng atap rumah.
Tak lama, gemuruh ombak laut terdengar dari depan rumahnya, yang berjarak hanya 30 meter dari bibir pantai dan hanya dibatasi jalan raya.
Baca Juga : 3 Pemuda Perkosa Anak Kelas 1 SD Korban Gempa dan Tsunami Palu yang Mengungsi di Makassar
Memang dari kejauhan, tampak ombak bergulung-gulung tak seperti biasanya.
Sebagian besar anak dan menantunya berteriak mengingatkan bahwa ada air besar yang segera datang.
Bukannya takut atau bergegas lari meninggalkan tempat, Musrifatun tetap bersikap tenang.
“Enggak apa-apa, Nak. Coba kalian saja yang lari menyelamatkan diri, kalau Mama tidak apa-apa,” ungkap dia.
Baca Juga : 4 Tips Padu padan Rok Hitam ala Selebgram untuk Terlihat Lebih Kekinian
Melihat ibunya tenang, anak-anaknya tidak jadi panik.
Namun mereka berlari ke jalan sebelah rumah dan menjauh.
Baca Juga : Terseret Tsunami Palu, Bayi 2 Bulan Ditemukan di Atas Pohon Dalam Kondisi Hidup
Kecuali Riyanto, anak ketiganya itu tetap menemani Musrifatun di depan rumah.
Ternyata ombak tersebut memang sangat besar dan tak pernah terjadi sebelumnya.
Musrifatun melihat air datang bergulung-gulung dengan tinggi sekitar dua meter, menghantam tembok bibir pantai yang biasa dijadikan orang duduk-duduk menikmati senja.
Terus menerabas ke jalan raya, menghantam dan menghanyutkan mobil yang tengah melintas di depan rumahnya.
Melihat itu, Musrifatun sebenarnya akan beringsut meninggalkan tempatnya, tetapi tiba-tiba air sudah menenggelamkan tubuh dan rumahnya.
Hanya hitungan sekian detik, ombak dahsyat itu menyeret tubuhnya ke tengah laut.
Baca Juga : Evakuasi Korban Tsunami Palu, Anggota TNI Malah Temukan Brankas, Setelah di Buka Ini Isinya
Sementara anaknya yang sempat memegangi tubuh Musrifatun, terlihat aman karena tersangkut atap rumah kos-kosan yang ada di sebelah rumah mereka.
Kejadian berikutnya merupakan babak mengerikan bagi Musrifatun.
Begitu air menenggelamkan tubuh dan menyeretnya ke laut, dia berusaha ikuti dengan tenang.
Bahkan ketika terseret di dalam air, dia justru membuka mata dan tak mau memejam.
“Karena kalau aku terpejam, maka tidak tahu apa yang ada di depanku. Ketika di dalam air, begitu (tubuh) mau menghantam sesuatu, maka kedua lengan aku lingkarkan ke atas untuk melindungi wajah dan kepala. Makanya ini luka semua,” cerita Musrifatun dengan lancar.
Musrifatun masih ingat betul air itu tak hanya membawanya ke tengah laut, tetapi juga menariknya ke dasar, kemudian mengangkatnya lagi ke permukaan.
Baca Juga : Tulus Beri Apresiasi untuk Kegiatan Konser Penggalangan Dana Bagi Korban Gempa dan Tsunami Palu
Yang lebih menguatkan hatinya, di saat tubuhnya digulung ombak sampai ke dasar laut, dia mendengar suara mendiang suaminya yang meninggal tiga tahun lalu karena sakit.
“Anak-anakmu suruh menyelamatkan diri, kalau kamu enggak apa-apa. Tenang saja,” kata Musrifatun menirukan suara yang dia dengar.
Dan memang Tuhan Maha Besar, setelah beberapa kali diombang-ambing gelombang kemudian dihempaskan ke daratan, akhirnya Musrifatun selamat.
“Aku tidak takut. Aku hanya minta kepada Allah, kalau memang sudah waktunya meninggal, aku mohon agar disegerakan supaya tidak kesakitan,” tukasnya.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tsunami yang terjadi di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah ketinggiannya bervariasi.
Baca Juga : Cerita Syaiful Mencari Ibunya yang Terkena Tsunami Palu Diantara Banyaknya Gelimpangan Mayat
Titik tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa Tondo, Palu Timur, Kota Palu.
Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala.
Baik di titik tertinggi maupun titik terendah, tsunami menerjang pantai, menghantam permukiman, hingga gedung-gedung dan fasilitas umum.
Akibat tsunami, gedung-gedung tersapu, permukiman luluh lantak, berbagai fasilitas umum hancur.
"Dengan kekuatan cukup besar, Tsunami datang dari sekitar Teluk Palu, menerjang pantai dan menghantam permukiman juga bangunan-bangunan lainnya," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2018).
Sutopo mengatakan, wajar jika Kota Palu terdampak bencana paling parah lantaran tsunami di kota tersebut mencapai puncak tertingginya.
Baca Juga : Aktor Hardi Fadhillah, Suami Kiki Azhari Sambangi Korban Tsunami Palu
Tercatat, korban tewas paling banyak berada di Kota Palu.
Dari total 2.045 korban meninggal akibat bencana Sulteng, sebanyak 1.636 orang diantaranya berasal dari Kota Palu.
Namun demikian, selain ketinggian tsunami, kerusakan yang ditimbulkan akibat terjangan gelombang air laut tersebut juga dipengaruhi oleh topografi daerah.
"Tsunami sampai ke daratan itu berbeda-beda, tergantung dari topografi daerah. Itulah yang mengakibatkan ada daerah yang sangat parah, ada yang tidak," ujar Sutopo.
Selain korban meninggal, gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, Jumat (8/10/2018), juga mengakibatkan 671 orang hilang dan 10.679 orang luka berat.
Tercatat pula 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik.
Baca Juga : Tsunami Palu Tak Terdeteksi, Baterai Cadangan Tak Berfungsi Hingga Alat Deteksi Banyak Dicuri
Tak hanya itu, sebanyak 67.310 rumah dan 2.736 sekolah rusak.
Serta terdapat 20 fasilitas kesehatan dan 12 titik jalan rusak berat.(*)
Source | : | Kompas.com,nova.grid.id |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |