Tanpa dikomando, ia mendata masing-masing keluarga lengkap bersama anggota keluarganya. “Saya sehari semalam tidak tidur karena mendata 1716 KK lebih,” paparnya.
Baca Juga : Menelisik Suplai Air untuk Warga dengan Kualitas Terjaga
Berdasarkan pengalaman di Sigi, Deby sangat paham, data-data tersebut memang sangat dibutuhkan.
Begitu ada bantuan datang, maka data yang dimilikinya menjadi acuan.
Misalnya saja berapa banyak barang atau makanan yang dibutuhkan para pengungsi.
Data miliknya berguna untuk memastikan semua warga mendapat bantuan tanpa ada satu pun yang tercecer.
Bukan persoalan berat bagi Deby untuk mendata warga sebanyak itu.
Namun, yang paling berat adalah menghadapi pengungsi yang emosinya bergejolak.
Ia sangat memahami kondisi pengungsi yang berasal dari kawasan Petobo itu.
“Kalau sekadar rumah dan harta bendanya saja yang hilang, mungkin masih belum seberapa. Namun, mereka yang juga kehilangan sanak saudara, suasana batinnya pasti berbeda. Saya harus tetap sabar menghadapi mereka. Jadi, pendekatannya harus menggunakan hati,” tegasnya.
Sehari-hari di sela-sela melakukan aktifitas, Deby pun selalu berusaha menjadi seorang “conselor”.
Ia menampung curahan hati para pengungsi tentang banyak hal.
Ia paham, dalam kondisi tertekan, seseorang butuh penyaluran untuk mengeluarkan emosinya.
“Mereka senang sekali ketika curhatnya didengarkan dengan baik. Dari curhat yang mereka sampaikan, saya memahami kebutuhan mereka,” imbuhnya.
5 Arti Mimpi Melihat Sawah Bersama Pasangan, Ternyata Pertanda Saling Mendukung Hal Ini, Simak Penjelasannya