Namun, masalah besar menghadang mereka. Saluran air yang bersumber dari mata air dari lereng bukit yang sehari-hari mengalir ke kampung itu mati.
Akibatnya, air memang masih tetap mengalir tetapi debitnya menjadi sangat kecil.
“Dulu sebelum gempa saja, aliran air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga dusun berjumlah 80 KK. Usai gempa, tentu kebutuhan air makin sulit. Karena debit air kecil, warga setiap hari harus sabar bergantian untuk mendapat aliran air,” kisah Mesar.
Di tengah kegelisahan warga, kedatangan para relawan JMK-OXFAM membawa harapan.
Saat ini, lanjut Mesar, puluhan warga lelaki dan perempuan itu berbagi tugas.
Sebagian menggali tanah yang akan dibuat menanam pipa, sebagian lagi mengangkat pasir dan semen.
Bayu Novianto
PENDEKATAN ALA NGOBROL WARUNG KOPI
Tak mudah menjadi relawan di masa bencana. Relawan harus memiliki banyak cara agar masyarakat yang didampingi bisa mengikuti apa yang diinginkan. Untuk membangun rasa saling percaya, tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh waktu yang cukup panjang.
“Untuk menumbuhkan rasa saling percaya, saya dari pagi sampai dinihari bersama mereka di pengungsian,” kata Bayu Novianto.
Bayu yang berasal dari Kediri, Jawa Timur, menceritakan sebulan setelah gempa, dia terjun ke kawasan pengungsian di Duyu.
Begitu sampai lokasi, Bayu mulai membangun interaksi dengan pengungsi. Setelah hubungan terjalin akrab, Bayu melakukan edukasi kepada para pengungsi untuk berlaku hidup sehat.
Ia melakukannya dengan cara yang tidak formal. Setiap hari ia melakukannya lewat obrolan santai.
“Kalau siang saya ngobrol sama ibu-ibu, sore sampai malam hari saya ngopi bareng sama bapak-bapak sampai larut malam. Nah, saat ngobrol itulah saya sampaikan misi untuk hidup sehat,” papar Bayu.
Selain itu, Bayu juga mengedukasi anak-anak pengungsi. Caranya berbeda lagi. Ia mengemasnya dengan suasana bermain.
Baca Juga : Edward Akbar Ungkap Alasan Pernikahannya dengan Kimberly Ryder Digelar Secara Sederhana dan Tertutup
“Kepada anak-anak, saya membuat game-game ringan, misalnya permainan ular tangga. Nah, di dalam bagian-bagian permainan tersebut ada pesan-pesan tentang menjaga kebersihan, misalnya cuci tangan pakai sabun. Dengan media bermain, anak-anak lebih mudah menerima pesan,” papar Bayu.
Selain itu, Bayu juga melakukan pendekatan dengan key person atau tokoh-tokoh berpengaruh di sana.
Cara ini memudahkannya bisa masuk ke lingkungan pengungsi. Ide-idenya pun bisa leih cepat diterima.
Tentu saja, ia juga mesti menjalin hubungan akrab dengan pihak pemerintah.
Bayu memberi contoh masalah yang sempat dihadapi pengungsi.
Kala itu, pemerintah akan memindahkan pengungsi ke tempat hunian sementara alias huntara. Sebagian di antara pengungsi masih saja ada yang keberatan.
Alasannya, mereka akan tinggal dalam satu kompleks dengan para tetangga baru yang belum pernah dikenalnya.
Satu kompleks huntara memang ditempati pengungsi yang berasal dari kawasan berbeda. Padahal, fasilitas di huntara digunakan bersama-sama, seperti dapur umum dan kamar mandi umum.
Bayu mengatakan, “Persoalan demikian biasanya membuat para calon penghuni enggan untuk tinggal di huntara,” cerita Bayu.
Gandhi Wasono M.
5 Arti Mimpi Melihat Sawah Bersama Pasangan, Ternyata Pertanda Saling Mendukung Hal Ini, Simak Penjelasannya