Seorang teman di ternate, Ato, yang saya anggap saudara, merespon ketika saya telepon.
Tiba di Ternate, saya numpang tinggal di tempat kosnya, dia bekerja di sana sebagai driver.
Ato merupakan warga asli kampung Bringin Halmahera.
Tahun 2015 saya pernah tinggal disana selama 7 hari.
Kondisi keuangan saya yang kurang memadai saat itu diketahui adik tingkat saya saat kuliah, Felicia asal Manado, lewat media sosial.
Kebetulan dia bersama teman-teman dari Manado ada project survey untuk pilkada di daerah Maluku utara.
Saya bertanya apakah ada lowongan pekerjaan untuk saya dan saya akan belajar menjadi surveyor.
Kemudian Felicia menjamin saya bisa dapat pekerjaan menjadi team survey pilkada di Marotai.
Perjalanan dilakukan bertiga sama Felicia dan Tika, akan tetapi saat menuju marotai saya harus sendiri.
Dibilang ngeri-ngeri sedap perjalanan ini menjadi team survey lokasi antah berantah bermodal berani, jujur dan tanggung jawab di emban harus ada data untuk 10 orang acak di tiap rt harus diwawancara.
Beberapa hari di Marotai desa ini akhirnya tugas selesai akan tetapi banyak curiga dari warga bahwa saya salah seorang team sukses dan ada juga ingin meminta imbalan.