"Bukan semata-mata," malah, "dipercayai!"
13. Realitas tsb membentuk sudut pandang. Subyektifitas tergambar. Itu yang DIAPRESIASI. Bukan semata-mata DIPERCAYAI.
— hanung bramantyo (@Hanungbramantyo) September 17, 2017
"Ke-14, pandangan ini, buat saya, berlaku untuk semua jenis film."
"Fiksi, sejarah," dan, "non-fiksi."
"Termasuk doku-drama seperti film G30S/PKI."
(Baca juga: Hati-Hati, Unduh Aplikasi Ini, Banyak Warga Dikeluarkan dari Pekerjaannya, Ternyata Ini Alasan Pemerintah)
14. Pandangan ini, buat sy, berlaku untuk semua jenis FILM. Fiksi, sejarah, Non-Fiksi. Termasuk doku-drama seperti Film G30S/PKI
— hanung bramantyo (@Hanungbramantyo) September 17, 2017
"Ke-15, pembuat film berhak mengklaim sudut pandang tersebut akurat, sesuai data, didukung sejarawan kelas wahid."
"Itu sah banget!!!"
15. Pembuat Film berhak m'klaim Sudut Pandang tersebut akurat. Sesuai data. didukung sejarawan kelas Wahid. Itu SAH bianget!! ????
— hanung bramantyo (@Hanungbramantyo) September 17, 2017
"Ke-16, itu memang tanggung jawabnya untuk meyakinkan penonton agar menonton film tersebut."
16. Itu memang tanggung jawabnya untuk meyakinkan penonton agar menonton film tersebut.
— hanung bramantyo (@Hanungbramantyo) September 17, 2017
"Ke-17, Jadi kalau film G30S/PKI diputar lagi, anggap saja seperti sinetron re-run seperti Tersanjung."
(Baca juga: Hidup Dalam Era Pengawasan Massal, Inilah 5 Aplikasi Smartphone yang Bisa Lindungi Aktivitasmu di Dunia Daring)
"Kalau tak suka ya matikan saja TV-nya."
Gunung Raung Erupsi Sehari Sebelum Natal, Pendaki Dengar Suara Ngeri ini dan Buru-buru Selamatkan Diri
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |